
Medan, Persma Kreatif — Belakangan ini istilah tone draf banyak bermunculan di media sosial. Istilah ini sering dipakai warganet untuk menyebut seseorang yang dianggap tidak peka terhadap situasi, kondisi, maupun perasaan orang lain.
Istilah tone deaf muncul pertama kali pada tahun 1890-an. Kata ini sebenarnya gabungan dari tone yang artinya nada musik dan deaf yang artinya tak bisa mendengar sebagian atau sepenuhnya (tuli).
Jadi istilah tone deaf mengacu pada makna kiasan dari deaf, yaitu tidak mau mendengar atau peduli dengan sesuatu. Biasanya, istilah ini digunakan dalam kritik yang keras. Kata ini menyiratkan bahwa seseorang tidak mengerti atau tidak memperhatikan masalah sosial, atau bahkan tidak peduli.
Ada beberapa ciri-ciri ketika seseorang dianggap tone deaf di media sosial. Di antaranya adalah :
- Meremehkan isu sosial dan politik
Seseorang yang memberikan komentar yang cenderung membuat lelucon atau pernyataan meremehkan pada isu sosial dan politik yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial. - Menunjukkan ketidakpedulian terhadap sekitar
Biasanya seseorang yang mengalami tone deaf akan bersikap tidak peduli yang disebabkan kurangnya pemahaman terhadap normal sosial. - Menggunggah konten yang tidak relevan saat sedang ada isu penting atau mengeluarkan komentar yang justru menyinggung di tengah suasana sensitif.
Seseorang yang mengalami tone deaf akan menyebarkan konten yang tidak sesuai dengan isu yang sedang hangat diperbincangkan. Ia pun akan memberikan komentar-komentar yang menyinggung perkara. - Tindakannya tidak menyadari atau bahkan acuh terhadap sensitivitas publik
Seseorang yang tone deaf akan sangat sulit untuk diberikan pengertian mengenai isu yang sebenarnya. Ia akan sangat acuh dan tidak peduli akan hal itu.
Fenomena tone deaf jadi pelajaran penting bagi warganet maupun publik figur untuk lebih berhati-hati dalam bersikap. Beberapa cara sederhana agar tidak terjebak sikap tone deaf adalah dengan selalu periksa konteks sebelum berbicara atau mengunggah sesuatu, peka terhadap kondisi sekitar, dan terbuka pada kritik dan evaluasi.
Melihat sikap tone deaf merupakan hal yang cenderung negatif, ada baiknya kamu untuk menghindari perilaku tersebut dan lebih peka terhadap isu dan keadaan sosial masyarakat.
Oleh karena itu, membaca konteks sebelum berkomentar atau membagikan sesuatu menjadi hal yang sangat penting dilakukan. Setiap orang harus bijak dalam mengunggah dan berkomentar di sosial media.


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.