Den Upa Rombelayuk menjadi perwujudan nyata seorang pahlawan dalam menghadapi krisis iklim. Den Upa Rombelayuk adalah seorang aktivis perempuan yang berasal dari Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu pendiri Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan telah membangun jaringan nasional komunitas adat yang dinamis di seluruh Indonesia. Den Upa juga memasukkan perempuan ke dalam forum pengambilan keputusan yang biasanya didominasi oleh laki-laki dan memperkenalkan agroforestri dan produksi tanaman bercocok tanam kepada organisasi perempuan untuk membantu mempromosikan praktik berkelanjutan yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim.
Den Upa Rombelayuk meninggal dunia pada tahun 2019 di usia 74 tahun, tetapi warisannya dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat adat dan perempuan serta mengatasi krisis iklim tetap diingat dan dihargai.Penyelenggaraan program-programnya, seperti mengintegrasikan agroforestri, memberdayakan perempuan, membangun jaringan komunitas adat, dan mempromosikan pendidikan lingkungan, memberikan contoh yang kuat seseorang dapat memengaruhi perubahan besar dalam melawan krisis lingkungan.
Perjuangan dan dedikasi Den Upa dalam memberdayakan perempuan dan mendorong partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan merupakan titik poin dalam memastikan bahwa suara perempuan didengar dalam diskusi tentang perubahan iklim. Upayanya memasukkan perempuan dalam aktivitas baru yang didominasi laki-laki seperti agroforestri tidak hanya memberdayakan mereka tetapi juga membantu mempromosikan praktik berkelanjutan yang menurunkan dampak perubahan iklim. Selain itu, inisiatifnya dalam membangun jaringan komunitas adat merupakan strategi penting dalam menciptakan kolaborasi dan pertukaran pengetahuan antara komunitas yang terpengaruh oleh perubahan iklim. Hal ini mengarah pada pembentukan ketahanan dan kapasitas adaptif di tengah tantangan yang dihadapi.
Indonesia, sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, menghadapi peningkatan kebutuhan pangan dan lahan. Konversi lahan pertanian dan hutan untuk pemukiman dan industri telah menimbulkan krisis lahan dan ketidakcukupan pangan. Dampak intensitas pertanian dan penggunaan bahan kimia adalah kerusakan lingkungan, menyebabkan hilangnya kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati. Untuk mengatasi ini, Indonesia menuju pertanian berkelanjutan, di bawah tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama dengan menerapkan agroforestri dalam pengelolaan lahan. Agroforestri berperan dalam menjaga ekosistem daratan dan hutan, mengelola lahan secara berkelanjutan, dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Metode ini mendukung pertanian berkelanjutan melalui fungsi produksi, konservasi, dan aspek sosial budaya.
Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan pertanian dengan kehutanan. Konsep ini melibatkan penanaman pepohonan di lahan pertanian atau peternakan, baik dengan tumpang sari (penanaman yang saling melengkapi) maupun secara terpisah. Tujuan dari penerapan agroforestri adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada.
Sistem agroforestri juga mampu menjadi solusi dalam konversi lahan dengan mengoptimalkan fungsi lahan yang ada. Ini dilakukan dengan menanami berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman kayu dan non-kayu, serta memasukkan peternakan sebagai bagian yang mendukung kelangsungan ekosistem. Melalui pendekatan ini, lahan dimanfaatkan secara holistik untuk mendukung keberlanjutan ekosistem dengan tetap memperhatikan keanekaragaman tanaman serta kebutuhan lingkungan
Agroforestri dapat membantu mengurangi erositanah dengan menanam pepohonan dan tanaman lainnyayang dapat menahan air dan mengikat tanah. Agroforestri dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan menanam pepohonan yang dapatmenyerap karbon dioksida dari udara.
Keputusan Den Upa untuk mempromosikan praktik berkelanjutan, membangun jaringan nasional komunitas adat untuk mempromosikan kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara komunitas yang terkena dampak perubahan iklim. Memberdayakan perempuan dengan memasukkan perempuan ke dalam forum pengambilan keputusan yang biasanya didominasi oleh laki-laki. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa suara perempuan didengar dalam diskusi tentang perubahan iklim. Dengan melakukan kegiatan dan aktivitas tersebut, Den Upa Rombelayuk dapat membantu mengurangi krisis iklim dengan mempromosikan praktik berkelanjutan dan membangun jaringan serta memberdayakan perempuan.
Den Upa Rombelayuk, seorang pencerah dalamupaya mendidik masyarakat tentang lingkungan, memperkenalkan program Adiwiyata di berbagaisekolah sebagai wadah untuk mengajarkan nilai-nilaikehidupan yang bersahabat dengan alam kepada generasipenerus. Inisiatif ini, yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, menjadi sarana bagisiswa dan guru untuk lebih memahami pentingnyalingkungan.
Program Adiwiyata membawa dampak yang luas, mulai dari meningkatkan kesadaran akan lingkunganhingga mendorong partisipasi masyarakat dalammenjaga alam. Berkat peran Den Upa dalammempromosikan program ini, telah terlihat peningkatankesadaran siswa dan guru terhadap kepedulianlingkungan. Inisiatif ini membawa angin segar dalamupaya mengurangi dampak perubahan iklim, denganmenumbuhkan perilaku peduli lingkungan.
Lebih dari sekadar menyadarkan akan pentingnyalingkungan, program Adiwiyata turut mempengaruhikualitas pendidikan. Melalui integrasi aspek lingkungandalam kurikulum sekolah, siswa dibekali pemahamanmendalam mengenai perlunya merawat lingkungan sejakdini. Di samping itu, program ini juga mendorongperubahan perilaku menuju gaya hidup sehat sertamenciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Den Upa Rombelayuk melalui dukungannyaterhadap program Adiwiyata tidak hanya berperan dalammeningkatkan kesadaran lingkungan, namun juga memberikan kontribusi besar dalam memastikanpartisipasi aktif masyarakat dalam melestarikan alam, memperkuat kualitas pendidikan, serta meningkatkankesehatan bagi generasi penerus dan masyarakat pada umumnya. Hal ini menjadi salah satu langkah pentingdalam menjawab tantangan krisis iklim sertamemperkuat keberlanjutan lingkungan.
Melalui aksi-aksi nyata yang dilakukannya, Den Upa Rombelayuk telah menciptakan perubahan besardalam respons terhadap krisis iklim. Penggabunganpertanian dan kehutanan melalui sistem agroforestriadalah salah satu langkah inovatif yang tidak hanyameningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga memperbaiki lingkungan serta mengurangi efekperubahan iklim. Pendekatan ini menunjukkanbagaimana tindakan kecil pada tingkat lokal dapatmemiliki dampak yang besar dalam skala global. Pentingnya inisiatif Den Upa dalam memberdayakanperempuan dan mengintegrasikan mereka dalamkegiatan yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki menegaskan bahwa perempuan memiliki peran krusialdalam memerangi krisis iklim. Keterlibatan merekadalam agroforestri dan program lingkunganmembuktikan bahwa inklusi perempuan tidak hanyamemberikan keberlanjutan ekonomi dan sosial, tetapijuga solusi cerdas dalam merespons masalah lingkungan.
Bahkan setelah kepergiannya, warisan Den Upadalam memperjuangkan hak-hak masyarakat adat, mengedepankan peran perempuan, dan mengurangidampak krisis iklim tetap menginspirasi generasi penerusuntuk terus melanjutkan perjuangan. Warisannya adalahsemangat untuk bertindak dan berkolaborasi dalammemperjuangkan keberlanjutan dan hak asasi manusia di tengah tantangan perubahan iklim global. PerjuanganDen Upa Rombelayuk tidak hanya relevan di tingkatlokal, tetapi juga memperoleh pengakuan global ataskontribusinya dalam upaya melawan krisis iklim. Warisannya adalah sebuah peringatan, memotivasi kitasemua untuk bergerak maju dan menjadi agen perubahandalam upaya pelestarian lingkungan. Langkah-langkahnya bukan hanya contoh nyata dari tindakanindividu, tetapi panggilan kepada kita semua untukbertindak bersama demi masa depan yang lebih baik.
Referensi:
Rendra, R. P., Sulaksana, N., Alam, Y. B. (2016) Optimalisasi Pemanfaatan Sistem AgroforestriSebagai Bentuk Adaptasi Dan Mitigasi Tanah Longsor. Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, No.2, Agustus 2016 : 117 – 126
Rombelayuk, Den Upa (2000) Masyarakat Adat dan Sumber Daya Alam: Sebuah Tinjauan Kosmosentris, makalah dalam Konferensi Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam. Jakarta, 23-25 Mei 2000. Tidak diterbitkan.
Widianto., Hairiah, K., Sadjono, A. M. (2003) Fungsidan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF)
Majalah Gaung AMAN (Edisi Januari- Maret 2022) https://www.aman.or.id/files/gaung/39663Majalah%20gaung%20AMAN%20edisi%20Jan-Mar%202022.pdf