5/12/2021 telah berlangsung aksi 16 HAKTP (16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan) yang digagas oleh komunitas Perempuan Hari Ini serta diikuti oleh organisasi sipil lainnya. Lewat aksi tersebut, mereka berusaha menyuarakan kasus kekerasan seksual yang semakin hari marak terjadi, tepatnya terhadap kasus kekerasan berbasis gender. Dimana kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada satu gender saja, tapi pada semuanya.
Persoalan mengenai kekerasan seksual semakin hari banyak yang terungkap. Dengan Didukung oleh faktor media sosial yang bisa menampung cerita korban dan budaya mendukung korban semakin massif di media sosial.
“Pengungkapan kasus kekerasan seksual masih banyak yang menganggapnya sebagai aib. Dianggap beban keluarga hingga dianggap malu-maluin. Padahal kalau keluarga mendukung kasus kekerasan seksual terungkap dan melapor ke kepolisian, pasti banyak kasus yang tidak kelihatan jadi terungkap,” ungkap Lusty Ro Manna Malau selaku salah satu peserta aksi.
Lusty menjelaskan faktor yang menyebabkan kekerasan seksual tidak terungkap, dikarenakan masih lemahnya pengawasan lembaga penegak hukum. Masih banyak berkas yang mangkrak dan masih belum diselidiki. Masih ada budaya menyalahkan korban.
“Kekerasan seksual di Sumut itu seperti fenomena gunung es, Masih banyak yang belum terungkap. Kalau berdasarkan catatan Komnas HAM, kekerasan seksual di Sumatra Utara merupakan penyumbang cukup besar. Sementara di Kota Medan sendiri dari Juni sampai dengan Desember, berdasarkan catatan kami, hampir setiap bulan ada 2 sampai 5 kasus kekerasan, itu belum lagi dari komunitas lainnya,” tuturnya.
Kampanye akan berlangsung hingga tanggal 10 Desember, yang diperingati sebagai Hari HAM dunia.
