Medan, Persma Kreatif – Dalam menghadapi krisis lingkungan, gerakan daur ulang sampah plastik telah menjadi fokus utama untuk mengurangi dampak negatifnya. Meskipun banyak upaya terpuji telah dilakukan, tetapi ada fenomena kontroversial yang muncul, terutama dalam kegiatan fashion show bertemakan zero waste di sekolah-sekolah. Meski tampaknya positif, seringkali siswa malah menggunakan plastik baru untuk menciptakan gaun sehingga mengabaikan esensi sebenarnya dari gerakan daur ulang.
Data terbaru dari tahun 2022 menunjukkan bahwa produksi plastik global terus meningkat hingga mencapai lebih dari 300 juta ton dan hanya sekitar 9% yang berhasil didaur ulang. Pertanyaannya adalah, apakah acara fashion show zero waste di sekolah-sekolah benar mencerminkan komitmen terhadap daur ulang atau justru menciptakan paradoks baru?
Ironisnya, siswa-siswa yang ikut andil dalam acara ini menggunakan plastik baru. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan serius tentang keefektifan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah sampah plastik. Pendidikan tentang pentingnya daur ulang harus disertai dengan tindakan nyata untuk menghindari menciptakan lebih banyak sampah.
Siswa seharusnya menjadi pionir dalam perubahan perilaku terhadap lingkungan. Namun dalam konteks fashion show zero waste, terlihat bahwa idealisme seringkali terlalu jauh dari realita. Diperlukan pendekatan holistik dalam pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah untuk memastikan bahwa konsep daur ulang tidak hanya diartikan sekadar tampilan visual tanpa dampak nyata.
Merujuk pada data yang ada, penting bagi pihak pendidikan dan pengambil kebijakan untuk merenung tentang tujuan sejati dari acara zero waste. Apakah kita benar-benar berusaha mengurangi jejak plastik? Ataukah kita hanya menciptakan ilusi keberlanjutan? Melalui evaluasi mendalam, sekolah-sekolah seharusnya dapat memastikan bahwa upaya kolektif mereka benar-benar berkontribusi pada perubahan positif dalam menghadapi krisis lingkungan saat ini.
Kru: Cut Zahira
Editor: Cinta Maulida