asd
18.9 C
New York

Terlepas dari Wacana “Bismillah Komisaris”, Jujur! Lagu “Birokrasi Kompleks” itu Keren

Published:

Banyak yang menajamkan telinga kala musik rock dikumandangkan oleh salah satu band kawakan Indonesia, Slank. Salah satu band dengan pendukung terbanyak ini memiliki banyak hal yang ikonik. Mulai dari penampilan yang slengean, marcendise yang begitu banyak dijual, bahkan lirik lagunya yang liar dan sarkas. Slank menjadi salah satu band terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Lahir pada 26 Desember tahun 1983, musik Slank yang “merakyat” serta liriknya yang mudah dipahami membuat karya-karyanya banyak digandrungi. Dan oh, lihat saja ketika ada suatu konser yang tidak ada Slank di sana, namun bendera “Slank” tetap ada! Hal tersebut cukup mengindikasikan betapa fanatiknya fans yang menamai diri mereka “Slankers”. Yang mencengangkannya lagi, figur Slank yang “slengean” banyak ditiru, diglorifikasi, dan diromantisasi oleh pemuda tahun 90-an.

Namun, memiliki banyak fans yang tersebar di seluruh antero negeri tidak cukup membuat mereka menjadi band tanpa kritik. Akhir-akhir ini, grup band Slank menuai banyak atensi dan “gosip-gosip jalanan” yang hangat di pelbagai media. Salah satu yang teranyar adalah berita yang mengangkat isu sang gitaris, Abdi Negara. Abdi Negara atau lebih akrab disapa Abdee Slank ini figurnya marak diberitakan. Sebab, Sang Gitaris baru saja mendapat tempat bagus di BUMN Telkom sebagai Komisaris. Ya, Komisaris! Ia terpilih pasca Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan Jumat 28 Mei silam.

Banyak yang mengatakan bahwa terpilihnya Abdee Slank sebagai Komisaris Telkom merupakan manifestasi politik balas budi. Sebab, Slank terendus vokal mendukung Jokowi sejak tahun 2014. Situasi kampanyenya jelas berorientasi pada pengaruh sosok Slank terhadap ribuan bahkan jutaan pengikutnya (Slankers). Hal ini jelas menjadi momentum dan ide cemerlang Jokowi untuk menjalankan roda kampanye dan memberi keuntungan politis (suara) baginya demi dapat duduk menjadi orang nomor satu di Indonesia -mengingat Slankers cukuplah banyak. Tentu, peristiwa tersebut menjadi substansi banyak orang mengaitkan dengan peristiwa terpilihnya Abdee Slank sebagai Komisaris Telkom. Situasi politik ini pada akhirnya melahirkan suatu wacana berbasis olok-olok seperti artikel yang diangkat oleh VICE Indonesia. Yakni “Bismillah Komisaris”.

Di jagad medsos, wacana tersebut kerap terdengar. Bahkan wacana “Bismillah Komisaris” ini digunakan sebagai frasa pendamping untuk kalimat pujian terhadap orang yang memiliki jabatan bagus di pemerintahan. Seakan menjadi tren, cara unik ini dilakukan banyak pihak. Namun, wacana tersebut sebenarnya merupakan kritik pedas masyarakat Indonesia terhadap dinormalisasinya politik balas budi.

Tapi eh tapi, agaknya persoalan tadi dapat menggambarkan bahwa Slank akhir-akhir ini banyak disorot. Terlepas dari wacana “Bismillah Komisaris”, masyarakat Indonesia harus tahu nih bahwa lagu Slank yang berjudul “Birokrasi Kompleks” adalah lagu yang sangat keren. Lagu tersebut sedikit banyak mengkritik bagaimana politik berjalan. Lagu liar dan sarkas ini mungkin jarang didengar oleh orang-orang. Sebab, jika berbicara tentang Slank, banyak masyarakat yang hanya tahu lagu fenomenalnya saja seperti Terlalu Manis, Ku Tak Bisa, I Miss You But I Hate You, Balikin, Virus, bahkan Memang. Padahal, lagu yang paling related dengan keadaan dunia adalah Birokrasi Kompleks!

Dari lagu “Birokrasi Kompleks” kita dapat belajar memahami bahwa dunia hanya dipadati oleh pertaruhan kepentingan dan kemajemukan politisasi. Sistem kekerabatan dan “orang dalam” juga secara pragmatis disebut dalam lagu ini. Realistisnya, kita harus “menjilat” demi mendapatkan sesuatu. Lagu ini bak menjadi senjata dan kritik paling tajam terhadap rezim dan sistem politik birokrat. Jika kita mendengarkanya dengan saksama, mungkin tak hanya kepala kita yang manggut-manggut sebagai respon betapa asyiknya lagu ini, namun respon kontradiksi sesekali menyeruak. Ya, hati yang merasa miris!

“Mau bikin usaha, harus lewat sini lewat sana, meja sini meja sana, sogok sini sogok sana, izin sini izin, kompleks. Birokrasi kompleks!”

Di atas merupakan penggalan lagu “Birokrasi Kompleks” yang sama-sama kita nilai sangat representatif. Ya, kalau meminjam ide dari Plato sih namanya mimesis. Cerminan dari kehidupan. Lingkungan kita tak hanya mengajarkan hal-hal yang prosedural, tapi lebih jauh mengajarkan kita untuk mendapatkan sesuatu dari jalur kemunafikan. Sebab, semuanya kini telah dipersulit. Lagu-lagu yang sederhana ala Slank inilah yang menjadi alasan kuat mengapa banyak orang yang suka dengan masterpiece-nya.

“Mau punya jabatan, pake topeng ini topeng itu, sikut sini sikut situ, bual ini bual itu, jilat sini jilat, kompleks. Birokrasi kompleks!”

Lirik di atas merupakan lirik yang berangkat dari keadaan. Ya, lirik ini apa adanya. Bahwa di negeri ini, untuk mendapatkan jabatan banyak orang harus memakai topeng, “sikut-sikutan”, membual, bahkan menjilat. Overall, lagu “Birokrasi Kompleks” sangat representatif, liar, dan berani. Namun, belakangan ini sempat ada yang mengaitkan bahwa “Slank” seakan melupakan begitu tajamnya lagu ini. Bak terhunus oleh pedangnya sendiri, Abdee Slank dianggap mempraktikkan lirik di atas. Apakah menurut kalian begitu?

Related articles

Recent articles