asd
25.3 C
New York

Talkshow dan Official Launch Konferensi Penyiaran 2023: “Tantangan Pasca Digitalisasi Penyiaran di Indonesia”

Published:

Medan, Persma Kreatif — Konferensi Penyiaran 2023 mengadakan Talkshow dan Official Launch Konferensi Penyiaran 2023: “Tantangan Pasca Digitalisasi Penyiaran di Indonesia” yang di adakan di Aula FISIP ( Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ) Universitas Sumatera Utara Jl. Dr A Sofian No 1 pada Jumat (10/02).

Acara ini di hadiri oleh 4 pemateri yang berasal dari berbagai pihak. Mohamad Reza selaku Komisioner KPI Pusat, Khairiah Lubis selaku perwakilan dari DAAI Tv, Dr. Bono Setyo, M.Si selaku Dosen UIN Sunan Kalijaga, Yovita S. Sitepu, S.Sos.,M.si selaku Dosen Universitas Sumatera Utara.

Acara dibuka oleh Master Of Ceremony. Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan doa . Selanjutnya kata sambutan Dra. Mazdalifah M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh panitia yang telah menyukseskan acara Talkshow dan Official Launch Konferensi Penyiaran 2023 ini. Kemudian kata sambutan Dr. Hatta Ridho S.Sos., MSP. selaku Dekan Fisip USU dan terakhir kata sambutan dari Mohamad Reza selaku Komisioner KPI Pusat.

Acara selanjutnya ialah pemutaran Launcing Teaser. Video yang ditayangkan tentunya sangat memotivasi bagi semua penonton dan bisa menjadi pelajaran untuk di masa depan nantinya agar lebih semangat lagi dalam penyiaran.

Mohamad Reza memberi pandangan seputar Tantangan Pasca Digitalisasi Penyiaran di Indonesia. Khairiah Lubis sebagai perwakilan dari DAAI Tv Industri penyiaran memberi pandangan terhadap topik yang akan dibahas pada Talkshow kali ini. Beliau berpendapat bahwa dengan adanya digitalisasi ini akan sangat menjadi pertimbangan. Semakin banyaknya penyiaran menandakan bahwa banyak juga sang pemilik modal. Dengan adanya digitalisasi ini tampilan Tv tampak lebih jernih dibandingkan sebelum adanya digitalisasi, tentunya dengan hal ini akan berdampak positif dan harus mendapatkan dukungan yang sepadan. Disamping dampak positif, dengan adanya digitalisasi ini berdampak negatif pula. Tidak semua masyarakat memiliki stafbox, oleh karena itu masyarakat yang tidak memiliki stafbox ia tidak bisa menonton Tv lagi dan penonton Tv akan berkurang. Tidak lain dan tidak bukan pihak industri harus menggunakan teknologi agar penyiaran terus berjalan seperti menerbitkan aplikasi DAAI PLUS.

Dr. Bono Setyo, M.Si menyampaikan bahwa Pak Presiden Indonesia pernah mengatakan bahwasanya media kita sedang tidak baik-baik saja. Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah dari segi isi konten yang ditayangkan ke publik. Konten yang bisa memotivasi penonton, bukan malah konten yang meredupkan semangat penonton. Sebagai penonton kita sangat mengharapkan bahwa siaran atau isi konten yang ditayangkan haruslah berkualitas dan disenangi oleh masyarakat. Hal itulah yang masih dipertimbangkan oleh seluruh pihak terkait dalam hal penyiaran. Pada masa kini sangat banyak informasi yang sering tersebar adalah informasi yang kurang berkualitas. Dan informasi tersebutlah yang sangat tinggi peminatnya. Hal ini sangat disayangkan oleh masyarakat Indonesia yang menginginkan bahwa siaran Tv haruslah berisi siaran yang berkualitas dan bermanfaat bagi penonton. Tentunya peran media sangatlah besar. Keinginan kita mau dijadikan apa media tersebut, apakah menjadi kompor atau mau menjadi media pencerdik atau media konferensi yang menyejukkan hati masyarakat.

Yovita S. Sitepu, S.Sos.,M.Si juga memberikan pandangan terkait topik yang sedang dibahas, dari beberapa pemateri yang menyampaikan argumen dan hal lainnya itu sangat membuka pikiran kita agar lebih maju untuk bisa menciptakan siaran yang berkualitas tanpa merugikan salah satu pihak. Media Tv memang menyuguhkan informasi, tapi di masa kini internet lebih unggul daripada Tv. Dengan hal demikian harus ada edukasi mana yang lebih bagus internet atau televisi digital. Terkait topik yang dibahas terbesit dihati bahwa literasi harus tetap berjalan bagaimana pun caranya. Karena tujuan literasi adalah meningkatkan pengetahuan akan informasi yang berkualitas.

“Hiburan tidak mati. Awalnya radio, kemudian televisi, dari televisi kemudian internet. Intinya hiburan yang kita butuhkan. Semua media memang perlu. Informasi tidak hanya melalui surat kabar saja akan tetapi bisa melalui media seperti radio, televisi dan internet, bahkan dengan internet kita lebih mudah mengakses informasi. Semakin hari semakin kedepan kita akan lebih cepat untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi di masa kini berita yang tidak bermanfaat yang sangat tinggi peminatnya. Itulah Indonesia semakin buruk semakin viral. Itulah yang harus disaring. Karena yang harus diviralkan adalah konten yang berkualitas. Jadi intinya yang dibutuhkan adalah hiburan. Bedanya, kalau dulu hiburan nya terarah sedangkan sekarang tidak terarah, bahkan siaran-siaran yang berkualitas jarang ditayangkan lagi di televisi, mungkin ada tapi tidak sebegitu tinggi peminatnya dibandingkan berita tidak bermanfaat. Hal yang seperti ini sangat disayangkan, tapi itulah yang dibutuhkan sebagai dunia hiburan. Harus lebih mengadakan edukasi untuk meluruskan pandangan agar lebih baik lagi,” ungkap dari beberapa anggota Forum Jurnalis Perempuan Indonesia pada saat wawancara.

Setelah semua pemateri telah menyampaikan atau memberi pandangan terkait topik yang dibahas “Tantangan Pasca Digitalisasi Penyiaran di Indonesia” moderator membuka sesi tanya jawab sebanyak 3 orang penanya dan setelah itu pemateri menjawab semua pertanyaan itu dengan ringkas dan jelas. Setelah acara Talkshow selesai, moderator mengalihkan kepada Master Of Ceremony untuk memimpin acara kembali. Dan acara di akhiri dengan foto bersama.

Kru: Hafizna

Related articles

Recent articles