asd
23.8 C
New York

Penguatan Koordinasi Bagi Stakeholder dan Mitra Kerja dalam Pembinaan Remaja Kelompok Resiko Tinggi

Published:

Medan, Persma Kreatif – Dalam rangka Upaya Peningkatan Pemahaman Kesehatan Reproduksi dan Penyiapan Kehidupan Berkeluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengadakan pertemuan dengan Stakeholder dan Mitra Kerja dalam pembinaan remaja kelompok.

Risiko Tinggi pada Selasa, (14/03) di Hotel Aryaduta, Medan. Pembukaan dilakukan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Kemudian kata sambutan sekaligus arahan langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara. Acara ini dihadiri dari berbagai lembaga diantaranya yaitu Dinas Kesehatan, Pendidikan dan Sosial serta kaum muda mudi dari Forum Genre, Lembaga Pers Mahasiswa dan forum-forum di Medan dan sekitarnya.

Kegiatan ini berlangsung dengan 3 sesi dengan pembahasan yang berbeda yaitu, membahas mengenai perilaku berisiko dan kesehatan reproduksi pada remaja (tidak sekolah bukan berarti tidak peduli kespro), membahas tentang perilaku afektif pada generasi muda, dan juga membahas mekanisme pendidikan dan pengembangan life skills pada remaja kelompok risiko tinggi (anak tidak sekolah).

Sebelum acara ditutup, Dr. Suhendri, S.Pd.I, M.A selaku Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Utara menjelaskan sedikit mengenai 6 keterampilan hidup atau life skills, yaitu: physical, adversity, vocational, spiritual, mental dan emotional.

Garis besar dan inti dari kegiatan ini membahas tentang remaja. Perhatian penuh kepada remaja resiko tinggi dimana remaja dengan tingkat pendidikan rendah sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan mereka sangat mudah terpengaruh oleh perilaku-perilaku berisiko seperti terhadap kesehatan reproduksi, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) serta perilaku gizi buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi khususnya anemia. Beberapa hal tersebut merupakan perilaku-perilaku yang sering terjadi pada remaja, terutama remaja pada tingkat pendidikan yang rendah.
Perilaku yang berisiko tersebut jika terjadi secara terus menerus tentunya akan merusak kesehatan psikolog serta mental pada remaja, dikarenakan perilaku-perilaku yang sering terjadi menjadikan perilaku afektif pada generasi muda, untuk itu diperlukan perhatian khusus terutama pemerintah dalam memperhatikan mekanisme pendidikan dan pengembangan life skill pada remaja.

Kru : Wahyu Pradika

Related articles

Recent articles