Rasanya satu setengah tahun belakangan menjadi momen yang sedikit menyebalkan bagi mahasiswa, termasuk mahasiswa Unimed yang turut menyenandungkan tembang-tembang rindu karena sudah lama tidak menyelenggarakan pembelajaran maupun event secara langsung di kampus. Indikasi-indikasi penyelenggaraan kuliah secara tatap muka kembali digelar agaknya hanya menjadi buah bibir saja. Pasalnya, baik kampus maupun Pemerintah masih mempertimbangkan dengan serius inisiasi itu, mengingat kasus Covid-19 masih banyak merebak. Hingga tendensi untuk tetap di jalur pembelajaran virtual masih menjadi solusi guna mencegah timbulnya klaster baru. Yep, klaster Universitas.
Jika sekarang kita membuka smartphone atau mengerling melihat kalender, mungkin mata sama-sama tertuju pada bulan Oktober. Ya, bulan yang biasanya diselenggarakan event besar bernama Semarak Bulan Bahasa dan Oktoberfest di Fakultas Bahasa dan Seni! Jika event tersebut digelar, biasanya mahasiswa FBS antusias menyambut atau memeriahkannya. Bahkan, acara jurusan tersebut sampai menarik atensi mahasiswa fakultas lain! Warga kampus hijau sih banyak mengembangkan wacana bahwa FBS jika telah menyelenggarakan suatu event pasti meriah. Hingga gonjang-ganjing turut berkeliaran, yakni seputar kontekstualisasi akronim FBS yang disebut-sebut sebagai “Fakultas Banyak Show”!
Untuk mahasiswa baru stambuk 2021, bahkan mahasiswa Unimed stambuk 2020 tampaknya harus gigit jari lantaran belum pernah terlibat langsung pada event akbar tersebut. Dulu setiap Oktober saat kita melintas di dekat DPR (Di bawah Pohon Rindang) FIS, pasti kita dapat melihat ramainya mahasiswa duduk membentuk lingkaran sembari berwawan rembuk tentang inisiasi acara, laporan perkembangan, bahkan konsep acara. Semarak Bulan Bahasa (SBB) sendiri merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unimed untuk memperingati dan memeriahkan bulan bahasa yang jatuh pada bulan Oktober. Begitu pula dengan Oktoberfest, acara ini juga merupakan acara tahunan dengan konsep festival ala Jerman yang tentu diadakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman!
Kedua event tersebut biasanya diselenggarakan bukan dalam estimasi waktu satu hari. Tapi bisa sampai dua hingga tiga hari! Mungkin adalah hal yang teramat manis ketika kita mengenang betapa meriah Semarak Bulan Bahasa (SBB). Kita dapat melihat pawai putra/putri SBB yang menggunakan pakaian adat dari Sabang sampai Merauke, kita dapat menyaksikan betapa riuh anak SMP dan SMA di Kota Medan yang ikut serta dalam lomba membaca puisi, musikalisasi puisi, bahkan syair. Dan oh! Seharusnya kalian dapat melihat betapa lentur dan piawainya mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia dalam melakukan drama kabaret. Keseruan itu biasanya hanya bisa didapatkan pada bulan Oktober (bulan bahasa) saja! Kemeriahannya bahkan tak kalah dengan expo milik FBS, loh.
Selain SBB, kita juga tidak boleh melupakan betapa atraktif dan fantastisnya Oktoberfest yang dibuat oleh prodi Pendidikan Bahasa Jerman. Yep, bagi mahasiswa Unimed yang ingin mengetahui kultur masyarakat Jerman, kesenian, bahkan kulinernya, kalian harus tahu dan datang ke acara Oktoberfest. Sayangnya, event semacam ini tidak dapat kita rasakan karena pertimbangan kesehatan dan regulasi pemerintah terkait pandemi Covid-19. Namun tak masalah, ulasan ini sebisa mungkin berusaha menghadirkan representasi kemeriahan Oktoberfest.
Oktoberfest berusaha mewujudkan makna agar mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Jerman ingat pada budaya dan adat Jerman. Hal tersebut juga merupakan cara program studi tersebut mengenalkan budaya dan tradisi masyarakat Jerman lewat suatu event. Kalian akan terkesima ketika melihat mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa Jerman menari anggun dengan menggunakan kostum drindl. Atau lihatlah, betapa tampan mahasiswa mereka yang memakai leder hosen! Hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dirayakan dengan antusias, sebab pakaian yang dikenakan itu hanya digunakan sekali dalam setahun pada saat acara Oktoberfest. Jika kita sudah memalingkan perhatian pada pakaian khas Jerman, coba deh nikmati acaranya sambil memakan kue Pretzel (brezn) sambil minum Bier! Ada juga beberapa perlombaan yang ditujukan guna mengasah kemampuan berbahasa Jerman. Außerordentlich!
Sepertinya lagi dan lagi ulasan ini menyebutkan bahwa kita akan rindu dengan kedua event besar milik FBS tersebut. Mungkin ada dua pilihan untuk menyiasati permasalahan “rindu yang teramat” itu. Yang pertama, apakah kita membiarkan diri untuk mengenang event spektakuler tempo silam, atau yang kedua kita berusaha menghadirkan SBB dan Oktoberfest kembali tentu dengan konsep virtual. Mungkin yang tadi termaktub adalah jatah Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Fungsionaris Jurusan untuk dapat membicarakannya.