asd
25.3 C
New York

KURMA IQ: Al-Qur’an Mengungkap Rahasia di Balik Id Adha

Published:

Hari Raya Idul Adha tahun 2020 sudah di depan mata. Seperti kita ketahui bahwa Idul Adha merupakan salah satu ibadah yang secara rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat muslim di seluruh dunia. Lantas bagaimana penjelasan Al-Qur’an tentang Qurban? Berikut adalah hasil pembahasan KURMA IQ (Kajian Rutin Bersama Istana Qur’an) pada Rabu, 29 Juli 2020 bertema “Al-Qur’an Mengungkap Rahasia di Balik Id Adha” yang disampaikan oleh Ustadz Adlan Hanafi via aplikasi Google Meet.

Setiap ibadah yang kita lakukan bukanlah sekadar rutinitas belaka. Sebab setiap ibadah yang ditetapkan oleh Allah SWT, pasti tercantum makna didalamnya. Begitupula dengan ibadah qurban, Allah menyampaikannya di dalam Al-Qur’an melalui kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Karena beliau sebagai pelopor ibadah Qurban, untuk diteruskan ke generasi selanjutnya.

Sebab turunnya perintah berqurban tidak terlepas dari Allah menetapkan gelar Nabi Ibrahim sebagai Kholilullah. Karena ada satu kisah perjalanan Nabi Ibrahim mendapatkan hidayah. Ketika malam hari ayat itu turun, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۚ قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَ قَا لَ لَاۤ اُحِبُّ الْاٰ فِلِيْنَ
“Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, Inilah tuhanku. Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, Aku tidak suka kepada yang terbenam.”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 76)

Melalui tadabbur dalam ayat ini, terdapat aktivitas Nabi Ibrahim mencari hidayah-Nya. Ada sikap menganalisa/memeriksa artinya ada proses belajar di sana. Poin hikmahnya adalah tentang bagaimana semangat beliau dalam belajar, dan muuncul rasa bersyukur kepada Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا رَاَالْقَمَرَ بَا زِغًا قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَ قَا لَ لَئِنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَ كُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤ لِّيْنَ
“Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, Inilah tuhanku. Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 77)

Dengan ayat inilah menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim mendapatkan hidayah dari-Nya. Ujian itu banyak macamnya, ada yang di uji dengan kesenangan, ada juga di uji dengan kesedihan. Ada hikmah yang luar biasa setelah pencarian hidayah sebelumnya, beliau (Nabi Ibrahim) diuji dengan diasingkan orang sekitar, dikucilkan, dsb. Di sisi lain ada kenikmatan yang dititipkan Allah kepada Nabi Ibrahim, yaitu Allah mendatangkan Siti Hajar. Ujian adalah bagian dari keimanan, atau bentuk dari pencapaian level ketaqwaan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
رَبَّنَاۤ اِنِّيْۤ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَا دٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوْا الصَّلٰوةَ فَا جْعَلْ اَ فْـئِدَةً مِّنَ النَّا سِ تَهْوِيْۤ اِلَيْهِمْ وَا رْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim 14: Ayat 37)

Nabi Ibrahim mendapatkan satu perintah oleh Allah, dan menyampaikan kepada istri dan anaknya untuk pindah ke Mekkah. Siti Hajar tidak mengeluh, dan hanya bertanya “Apakah benar ini perintah Allah?” Nabi Ibrahim menjawab “Ya. Ini perintah dari Allah.”

Akhir kisah Nabi Ibrahim perihal Qurban, diijelaskan melalui surah As-Saffat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَا لَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَا مِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَا ذَا تَرٰى ۗ قَا لَ يٰۤاَ بَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat 37: Ayat 102)

Dikutip dari Rumaysho.com, ketika dalam keadaan gelisah dan cemas, Ibrahim diseru dan dikatakan bahwa benar sekali ia telah membenarkan mimpi tersebut. Ia telah mempersiapkan diri juga untuk hal itu. Yang terjadi ketika itu pisau sudah dilekatkan di leher.

Peristiwa ini adalah ujian Allah pada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, menunjukkan akan kecintaan Ibrahim pada Rabbnya. Allah menguji Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, diperintahkan untuk disembelih. Akhirnya, Allah mengganti dengan domba yang besar sebagai tebusan. Ibrahim bukan menyembelih Ismail, namun menyembelih seekor domba. Itulah balasan bagi orang yang berbuat ihsan. Itulah Ibrahim yang merupakan bagian dari orang beriman. Orang yang berbuat ihsan di sini yang dimaksud adalah orang yang berbuat ihsan dalam ibadah, yang mendahulukan ridha Allah daripada syahwat.

Dan hikmah dari hal ini, juga dicerminkan dalam surah Al-Kautsar, bahkan surah Al-Kautsar lebih dulu diturunkan, sebelum perintah tersebut disampaikan Allah kepada Nabi Ibrahim melalui mimpi.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ ۗ 
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” (QS. Al-Kausar 108: Ayat 1)
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَا نْحَرْ ۗ 
“Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. Al-Kausar 108: Ayat 2)
اِنَّ شَا نِئَكَ هُوَ الْاَ بْتَرُ
“Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Kausar 108: Ayat 3)

Demikian penjelasan dari Al-Qur’an Mengungkap Rahasia di Balik Id Adha, semoga bermanfaat untuk kita semua. Wallahu a’lam bish-shawabi (Allah-lah yang mahatahu atau lebih tahu segala sesuatu dari kita).

Related articles

Recent articles