asd
23.3 C
New York

Gelar Donor Darah dan Seminar Edukasi Stunting, Forwakes: Dewasalah Sebelum Menikah

Published:

Medan, Persma Kreatif- Forwakes (Forum Wartawan Kesehatan) Sumatera Utara adakan donor darah dan seminar Edukasi Pencegahan Stunting Sejak Dini di Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Jl. Adinegoro No. 4 Medan. Acara ini dihadiri oleh para kru dari Pers Mahasiswa, 15 murid MAN Serdang Bedagai, serta didukung oleh Palang Merah Indonesia.

Diva Swandika selaku ketua panitia menyampaikan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman masyarakat khusunya remaja tentang pencegahan stunting dan manfaat donor darah. Seminar ini bekerja sama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) dan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) yang diwakili oleh Atal S Depari selaku ketua PWI Pusat, Farianda Putra Sinik selaku Ketua PWI Sumut, Dr. Alwi Mujahit selaku Kepala Dinkes Sumut, Zulnaidi selaku Penasehat Forwakes Sumut, dan lain-lain.

Forwakes berdiri sejak tahun 2012 dan bertujuan untuk mengetahui persoalan-persoalan dengan satu pikiran dan tujuan yang sama, yaitu membahas isu-isu kesehatan yang masih marak terjadi. dan mengucapkan syukur atas keberadaan jurnalis bagi masyarakat. Zulnaidi mengatakan bahwa sebelumnya wartawan-wartawan yang ditugaskan oleh media untuk meliput bidang kesehatan masih seputar mayat dan seolah-olah mayat tersebut menjadi sumber uang bagi mereka. Namun seiring berjalannya waktu, wartawan tidak lagi hanya meliput mayat melainkan hal-hal yang berbau kesehatan.

Dr. Ari Kurniasih menjelaskan, “Stunting bukan hanya pendek dari segi tinggi badan tetapi juga dari segi perkembangannya. Penderita stunting akan menyebabkan kualitas SDM rendah, oleh karena itu pengeluaran negara akan meningkat. Negara Indonesia menjadi negara nomor 1 dengan urgensi stunting tertinggi karena kita tidak menjaga kualitas remaja yang kelak akan menjadi ibu bagi anak-anaknya nanti. Karena itulah saya berharap dengan adanya seminar ini, mahasiswa dan remaja dapat menyebarluaskan informasi yang didapat ke masyarakat luas dan memahami serta mencegah lahirnya anak bergizi buruk.”

Dilanjut dengan Dr. Rabiatun Adawiyah MPHR, selaku perwakilan dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Sumut menyampaikan pembekalan kepada remaja sebelum menikah. Stunting adalah terhambatnya tumbuh kembang anak akibat gizi buruk yang berkepanjangan.
“Indonesia sedang fokus untuk ‘Menyongsong Indonesia Emas 2045’. Oleh karena itu diharapkan remaja yang ada di masa depan adalah remaja yang dilahirkan dengan bibit unggul dan cerdas. Tahun 2019-2022 tingkat stunting di Sumut mencapai 37%. Artinya dari 100 anak yg lahir di Sumut ada 37 anak terindikasi gizi buruk yg kronis. Namun, pada tahun 2022 menyentuh 21,1%. Pada tingkat nasional 21,6%. Angka ini memang sudah menurun, namun bukan berarti kita terlena. Tetap harus waspada dan menghindar,” tegasnya dengan suara lantang.

Rabiatun juga menjelaskan apa saja ciri-ciri anak stunting, antara lain mudah terserang penyakit, sulit menangkap pelajaran saat di sekolah (kurang tanggap), dan daya tangkap/nalar tidak seperti yang diharapkan.
BKKBN sendiri telah memiliki program untuk mencegah stunting, yaitu:
Program GenRe (Generasi Berencana) oleh BKKBN terkait edukasi anak remaja khusus calon pengantin (3 bulan sebelum pernikahan harus cek kesehatan), agar calon pengantin tetap dalam kondisi prima pra dan pasca menikah.
BKKBN menyiapkan alat dan media yaitu aplikasi ELSIMIL (Elektronik Siap Menikah dan Hamil) untuk mempercepat penurunan stunting. Elsimil adalah aplikasi yang berfungsi sebagai alat skrining untuk mendeteksi faktor risiko pada calon pengantin dalam rangka penanganan stunting.

Mengukir LILA (Lingkar Lengan Atas) dan IMT (Indeks Masa Tubuh). Pengukuran LILA dilakukan untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronik (KEK) atau kekurangan gizi berkepanjangan pada catin wanita. Sedangkan IMT dapat diukur dengan cara berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m2). Bila LILA dan IMT catin wanita belum memenuhi standar kesehatan, sebaiknya segera konsultasi ke tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mengetahui bagaimana cara memperbaiki status LILA dan IMT. Untuk ibu yang anaknya telah mengalami stunting, maka cara mengatasinya adalah dengan memberikan gizi double.

Di akhir sesi, Rabiatun memberikan informasi logis bahwa kemiskinan bukanlah faktor utama penyebab stunting, melainkan ketidaktahuan calon ibu sebelum menikah (tidak tahu ilmu pasca menikah dan memiliki anak).
“Usia ideal wanita untuk menikah adalah 21 tahun, sedangkan laki-laki adalah 25 tahun. Karena itu, dewasalah sebelum menikah. Tidak hanya dewasa secara fisik, tetapi juga intelektual,” tutupnya.

Kru : Erika Susanti

admin
adminhttp://persmakreatif.com
Hai, ini saya Admin Persma Kreatif. Apakah kamu punya Pertanyaan dan Saran? Biarkan saya tau!, Kirimkan ke Email kami perskreatiftim@gmail.com atau Melalui Intagram @Persmakreatif

Related articles

Recent articles