asd
25.3 C
New York

Gaung “Makyong – Raja Muda Lembek” Prodi Seni Pertunjukan

Published:

Mengusung tajuk “Makyong – Raja Muda Lembek” pada Sabtu, (19/12/2020) Program Studi Seni Pertunjukan Universitas Negeri Medan adakan acara yang berorientasi pada penampilan opera. Acara yang disutradarai oleh Novita Butar-butar ini diadakan di Panggung Utama Sanggar Lingkaran, Kampung Lama, Kecamatan Pantai Labu dari pukul 20.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB.
“Makyong – Raja Muda Lembek” yang dibimbing langsung oleh dosen Prodi Seni Pertunjukan yaitu Russel A.F, S.Sn., M.Sn., Yusnizar Heniwaty, S.St., M.Hum., Ph.D., Aqsa Mulya, S.Pd., M.Sn. substansinya adalah untuk memenuhi Ujian Akhir Semester. Hal tersebut sejalan dengan yang diucapkan sang sutradara, Novita Butar-butar, “Benar, diadakannya acara ini substansinya adalah untuk Ujian Akhir Semester Seni Pertunjukan. Namun tak hanya itu saja, acara ini juga berbasis tindak memperkenalkan eksistensi prodi Seni Pertunjukan. Kami mempunyai mata kuliah yang memang pakemnya adalah pertunjukan, dan inilah Makyong yang sekarang sedang dipertunjukan. Jadi, semester depan juga ada pertunjukan akbar seperti ini, setiap akhir semester.”

Pertunjukan “Makyong – Raja Muda Lembek” ini memiliki basis kearifan lokal dan tak lupa dikawinkan dengan kombinasi milenial yang menceritakan tentang Raja Muda Lembek yang sedang sakit. Hingga suatu ketika datanglah orang tua bernama Awang Pengasuh ke kediamannya dan kebetulan ditangkap oleh penjaga, sebab sempat dikira intel atau mata-mata oleh pengawal-pengawal Raja. Namun, Awak Pengasuh mengucapkan petuah-petuah agar Raja Muda Lembek bermeditasi di gunung Gurma. Meditasi itulah syarat agar Raja Muda Lembek mendapatkan kesehatan. Karena, Awak Pengasuh dahulu merupakan pengawal Bapak Si Raja Muda. Sebab, dahulunya Bapak Raja Muda tak mengikuti nasehat dari para orang-orang tua.

“Pertunjukan ini sangat representatif dari cakupan mata kuliah yang ada. Inilah Ujian Akhir 3 mata kuliah kami, digabungkan dalam satu pertunjukan.” Ucap Sang Sutradara. Ia juga memaparkan bahwa persiapan pertunjukan ini kurang lebih 4 bulan, dari awal semester sampai akhir semester. “Dimana sudah hal fundamentalnya sih bahwa Prodi Seni Pertunjukan harus memiliki luaran berupa pertunjukan pula.”

“Pernah terpikirkan untuk membuat sebuah pertunjukan berbasis online. Namun, dalam pertunjukan itu ada namanya tubuh penonton. Jadi, untuk memahami dengan saksama dan melakukan penilaian, penonton harus ada di lokasi. Agar merasakan bau tanahnya, udaranya, merasakan dingin dan atmosfirnya. Jadi, jika pertunjukan itu diadakan secara online, hal-hal seperti tadi kurang didapatkan ditambah feel yang kurang baik didapat.” Tambahnya.
Bangku penonton “Makyong – Raja Muda Lembek” ini tidak hanya diisi oleh mahasiswa Seni Pertunjukan dan Fakultas Bahasa dan Seni, namun warga sekitar turut memeriahkan acara berbasis kearifan lokal ini. Menanggapi keberagaman umur dan instansi itu, Novita berharap bahwa acara ini dapat memberi manfaat kepada penonton sekaligus masukan kepada program studi “yang penting dalam sebuah pertunjukan ada 3 unsur. Yakni karya, penonton, dan Kritikus. Kami siap atas segala kritikan. Apalagi jika kritikan-kritikan itu bersifat membangun, maka kami akan sepenuhnya berterimakasih dan merasa terbantu untuk evaluasi.” Tutupnya.
Sementara Andika selaku ketua HMJ Sendratasik berharap agar pertunjukan ini berjalan lancar, “Semoga sukses dan berjalan lancar. Sebab, ini merupakan acara tahunan, maka hal yang wajib bagi kami mahasiswa seni pertunjukan mengadakan sebuah penampilan yang mengangkat nilai-nilai tradisional. Saya berharap agar acara seperti ini berjalan terus dan semakin baik kedepannya.” Tutup Ketua HMJ Sendratasik.

Related articles

Recent articles