asd
27.7 C
New York

Forum Jurnalistik Muslimah Ideologis Ajak Partisipan Webinar Menyampaikan Kebenaran

Published:

Minggu 24 Otober 2021, FJM.ID (Forum Jurnalistik Muslimah Ideologis) melaksanakan Get Closer dengan tema “Gen Z Beraksi : Sampaikan Kebenaran Hakiki”. Acara ini spesial dilaksanakan untuk mengajak para Genzi bersatu menyampaikan kebenaran, baik dengan latar belakang Jurnalis, pegiat seni, Influencer, Selebgram, dan lainnya. Acara berlangsung melalui virtual zoom dengan menghadirkan para LPM se-Indonesia mulai dari yang paling Barat yaitu Aceh dan dan yang paling Timur ada dari Maluku. Pembicara yang sengaja dihadirkan untuk menyemarakkan semangat para genzi yang hadir yaitu dr. Ratih Paradani seorang Dokter, Aktivis Dakwah, dan Penulis beserta Ustadzah Noval Tawang seorang Aktivis Dakwah sekaligus Pimpinan Redaksi MMC (Muslimah Media Center). Selain itu, Genzi sebagai pegiat seni juga turut berpartisipasi mengirimkan karyanya untuk turut meramaikan acara.
Acara Get Closer dibuka dengan sambutan Founder FJM.Id yaitu Yanti Kumala Sari atau sering disapa Yakum, “sebenarnya awal terbentuknya FJM.Id karena background kita kan orang jurnalis, jadi rasa cinta dengan jurnalisnya itu ngga bisa hilang. So, Yanti pikir kalau misalnya ada wadah atau tempat temen-temen jurnalis berkumpul saling sharing, meningkatkan skill sepertinya akan bagus juga. Nah, dari situ sebenarnya awal terbentuknya FJM.Id itu sendiri”.

“Kalau berbicara tentang gen X, mereka umumnya mandiri dan lebih memilih jenjang karir yang jelas dan berpegang teguh pada prinsip. Gen X juga masih menghormati birokrasi maupun mengikuti aturan. Kalau gen Y atau generasi milenial lebih suka mencari pekerjaan sesuai passion, fleksibel, menyukai tantangan baru dan cenderung idealis. Dan gen Z generasi yang paling akrab dengan teknologi makanya biasa disebut dengan digital native, sehingga mereka cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan. Biasanya anak generasi Z itu multitasking”, penjelasan dari dr Ratih mengenai perbedaan gen X, Y dan Z.

“Teknologi hari ini dan dunia maya tidak bisa lepas dari dunianya kita ya. Di Indonesia saja pengguna internet itu sampai 64 persen. Dan dengan rentang uiaa 16-24 tahun, rata-rata pengguna internet itu berselancar di dunia maya sekitar 8 jam perhari. Jadi kebayang, kalau missal potensi digital ini, orang yang cenderung masuk ke dunia maya tapi terpaparnya itu adalah hal-hal yang toxic, jadinya bisa jadi kecenderungan lahirnya generasi Z menjadi generasi-generasi yang suka insecure, banyak yang merasa overthinking. Kenapa zaman dulu tidak banyak yang mengalami insecurity, overthinking maupun mental health, karena salah satunya adalah keterpaparan yang luar biasa terhadap yang namanya arus deras informasi, sehingga kalau dulu orang jarang dapatkan referensi-referensi lifestyle atau gaya hidup misalkan selebgram-selebgram yang kaya. Tapi sekarang, kita kan mudah terpapar dengan hal-hal seperti itu, apalagi hal tersebut mendapatkan perhatian yang luarbiasa di media sosial. Nah itulah yang akhirnya yang menjadi penyebab bahwa generasi ini merasa insecure ketika dia melakukan komparasi. Padahal sebenarnya yang ditampilkan di media sosial itu sekitar 20 persen dari kehidupan orang, kita tidak pernah tau strugglenya orang tersebut di tengah kehidupannya” sambung dr. Ratih Paradini.

Gen Z memiliki pola pikir global (global mindset) serta menerima berbagai pandangan dan pola pikir, menyebabkan mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan akan suatu hal. Namun, dampaknya kemudian, gen Z sulit mendefinisikan. Hal ini berbahaya, di satu sisi bagus karena adanya keterbukaan informasi yang menyebabkan gen Z ini lebih mudah untuk melek literasi, tetapi jika tidak memiliki prinsip, maka gen Z ini sangat mudah untuk terombang-ambingkan oleh arus opini.

“Cara Barat mengelinimasi Islam melalui media (news dan view) melalui tayskik, yaitu suatu upaya untuk menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum Muslimin terhadap agamanya. Ujung-ujungnya hal itu sanggup meruntuhkan keyakinan umat Islam dalam mempercayai Isam yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah. Cara tasywih yakni upaya untuk menghilangkan kebangaan terhadap kaum Muslimin terhadap Islam dengan cara memberikan gambara Islam secara buruk. Islam itu sadis, kejam dan mengajarkan terorisme. Hal ini akan membuat kaum muslimin rendah diri dan pesimis atas agamanya sendiri. Tadzwib yaitu upaya pelarutan budaya dan pemikiran dari kaum Muslimin, sehingga tak ada jarak antara pemikiran dan budaya Islam dengan pemikiran dan budaya bukan Islam, tidak jelas mana hitam yang bathil dan mana putih yang haq. Semuanya “diabu-abukan”. Hal ini mendasari menancapnya pluralism dan sinkretisme di benak kaum Muslimin. Dan yang terakhir adalah Taghrib, yakni upaya untuk mengeringkan nilai-nilai Isam dari jiwa Muslimin dan mengisinya dengan nilai-nilai Barat yang hedonis, salibis-zionis hingga atheis”, jelas ustadzah Noval Tawang.

Get Closer FJM.Id juga mengadakan games untuk para peserta yag hadir agar tidak kaku dan acara di tutup dengan persembahan nasyid sebagai tanda pemberian rasa semangat untuk para genzi mengambil peran menegakkan kebenaran dengan memanfaatkan potensinya.

admin
adminhttp://persmakreatif.com
Hai, ini saya Admin Persma Kreatif. Apakah kamu punya Pertanyaan dan Saran? Biarkan saya tau!, Kirimkan ke Email kami perskreatiftim@gmail.com atau Melalui Intagram @Persmakreatif

Related articles

Recent articles