asd
19.6 C
New York

Dibalik Cerita Pengajar: Bangga terhadap semangat Adik-adik

Published:

Banyak cerita yang menginspirasi dari Mahasiswa di balik program yang tidak asing lagi di dunia Peruguran Tinggi di Indonesia, yaitu Program Kampus Mengajar. Kampus mengajar adalah Program hasil kerja sama Kemendikbud dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), program tersebut  bagian dari program Kampus Merdeka yang bertujuan memberikan peluang kepada mahasiswa untuk keluar dari zona nyamannya yaitu sebagai wadah menempah diri agar mampu memberikan pengajaran melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan. Mahasiswa yang mengikuti program tersebut dituntut menjadi guru bagi dirinya sendiri dan bagi yang diajar yaitu siswa-siswa Sekolah Dasar (SD) di wilayah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar) 

“Program ini diperuntukkan kepada mahasiswa yang mau mengabdi ke sekolah-sekolah menjadi rekan guru, membantu sekolah dalam memberikan pembelajaran atau membantu administrasi di tengah situasi Covid ini. Karena itu saya mau ikut berpartisipasi, setidaknya saya berguna di kondisi Covid-19 ini  selaku mahasiswa dengan ambil bagian dalam membantu sekolah untuk memberikan pembelajaran”, tutur Aucintia, salah seorang mahasiswa yang ikut dalam program tersebut.

“Selama saya ikut program ini, bukan hanya ‘memberi’ tapi saya juga ‘mendapat’ dari mereka. Saya jadi lebih bersyukur dalam hidup ketika melihat kondisi di sana. Anak-anak yang seharusnya belajar, di sana mereka mencari nafkah (benar-benar cari uang) untuk keluarga mereka dengan cara botot darat dan juga menyelam ke sungai untuk mencari logam, narik rakit, lalu mereka belajar. Gawai mereka tidak punya sehingga terpinggirkan dalam urusan pembelajaran. Sekolah belum dibuka, akses darat sangat jauh di sana. Jadi kalau mau mengajar harus ke kampung itu, aksesnya kita harus melewati ladang sedikit lalu naik rakit. Mereka memiliki antusias dalam belajar. Prosesnya mungkin lambat, tapi ketika diberi pembelajaran, mereka mengerti. Bahkan sekarang, mereka mau menyampingkan pekerjaan mereka dan antusias dalam belajar. Saya mengajar kelas 6, anak-anak yang saya ajar memiliki cita-cita yang luar biasa. Mereka juga punya SMP idaman yang mau mereka capai. Itu membuat saya mau mengunjungi mereka lebih sering daripada jadwal yang sudah ditetapkan”, cerita kagumnya Au kepada siswa-siswa di UPT SD 060895.

Syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti program kampus mengajar adalah IPK lebih dari 3.00, memiliki surat rekomendasi dari Dekan, sertifikat organisasi dan sertifikat mengajar (diutamakan). Selain itu, mahasiswa yang lulus mengikuti program akan diberi fasilitas berupa uang saku Rp 700.000,00 per-bulan, potongan UKT maksimal Rp 2.400.000,00 (satu kali), konversi 12 SKS, lalu sertifikat.

“Saya ingin mencoba hal baru mengingat saya bukan dari prodi keguruan sehingga saya memiliki pengalaman di luar zona nyaman, selain itu saya ingin lebih dekat dengan masyarakat khususnya anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Untuk tantangannya ya karena penempatan saya siswanya sangat sedikit hanya sekitar 24 siswa (total kelas 1 sampai 6) jadi ketika ada jadwal kelas siswa yang hadir sangat sedikit (2 atau 3 siswa) dan membuat siswa yang hadir kurang semangat untuk belajar”, jelas Rahma yang ditempatkan untuk mengajar di UPT SD Negeri 060835 Medan. 

Tujuan dari kampus mengajar sedikitnya ada 3 yaitu membantu mengajar anak-anak SD, membantu adaptasi teknonologi di SD tersebut dan juga membantu administrasi di SD tersebut (SD yang dimaksud adalah SD yang berakreditas B kebawah). Program kampus mengajar dilakukan selama 3 bulan, untuk jumlah jadwal masuk tergantung kesepakatan antara kepala sekolah dengan mahasiswa.

“Adik-adik yang kami ajar sangat menarik, mereka mempunyai karakter yang berbeda-beda, ada yang diam tapi memperhatikan, ada yang sangat aktif karena rasa ingin tahu, ada yang daya ingatnya cukup kuat dan ada juga yang jarang datang ke sekolah. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil terutama mengenai psikologi anak, perkembangan peserta didik, dan bagaimana menghadapi siswa-siswa yang sangat aktif, so far kegiatan ini sangat menyenangkan”, ungkap Rahma. Ternyata, tidak hanya siswa-siswa yang di ajar mendapatkan ilmu dan pembelajaran. Namun, para mahasiswa pengajar pun mendapatkan ilmu yang begitu berarti, bagaimana mereka bisa melihat secara langsung semangat belajar dari adik-adik yang sebagaian punya keterbatasan biaya untuk bersekolah, adik-adik tersebut mampu memberi pembelajaran bagi anak-anak di Indonesia bahwa hidup akan sulit jika tidak berilmu.

Related articles

Recent articles