Beberapa hari lalu dirayakan hari hutan dan hari air dunia, dengan banyaknya flayer, poster, video dan lain-lain, membuat saya mempertanyakan arti dari semua ini. Apakah hanya sekedar ucapan formalitas belaka? Dan tidak ada kepedulian yang sebenarnya terhadap alam? Atau saya saja yang pesimis? Setiap tahunnya hutan di gunduli dan mulai habis seperti rambut host acara podcast close the door, dan air masalah air bersih masih jadi masalah yang belum ditemukan sumbernya. Dan apakah flayer-flayer dan ucapan itu ada menghasilkan perubahan? Ya ndak tahu kok tanya saya. Saya jadi teringat sebuah film yang sering tayang di tv dulu, The Lorax.
The Lorax merupakan film animasi musikal komedi yang diadaptasi dari buku cerita karya Dr. Seuss dengan judul yang sama yang diterbitkan pertama kali tahun 1971. Film ini dirilis di Amerika pada 2 Maret lalu yang bertepatan dengan perayaan hari lahir Dr. Seuss yang ke-108. The Lorax menjadi salah satu film yang memiliki pesan mendalam mengenai isu lingkungan hidup.
The Lorax berkisah tentang seorang anak bernama Ted yang mencari tahu mengenai keberadaan pohon asli. Ted hidup di sebuah kota buatan bernama Thneed-ville yang dikuasai oleh Pengusaha kaya dan jahat bernama O’Hare yang bisnisnya adalah menjual udara segar kepada warga Thneedville. Sebuah kota di mana semua terbuat dari plastik. Tidak ada pohon di sana, semuanya diganti dengan plastik. O’Hare yang tahu bahwa setiap pohon menghasilkan udara segar menyebarkan kabar bahwa kita tidak perlu pohon, karena pohon itu harus ditanam di atas tanah dan tanah itu kotor, ada cacing, tikus, dll. Pohon juga daun daunnya gugur dan mengotori kota. Warga Thneedville percaya dengan propaganda O’Hare dan kini di depan rumah mereka ada pohon plastik yang warnanya bisa diubah ubah sesuai musim. Bisnis O’Hare akan selamat selama tidak ada yang tahu bahwa pohon asli justru akan menghasilkan O2. Gratis.
Ted yang lagi naksir cewe bernama Audrey. Harus memenuhi permintaan ayang Audrey bilang dia pengen banget lihat pohon beneran. Ted yang naksir kemudian berusaha untuk mencari pohon beneran. Pencariannya membawa Ted bertemu dengan Once-ler orang yang karena ambisinya waktu muda dulu, menggundulkan semua pohon. Dalam sesalnya dia cerita tentang mahluk ajaib bernama The Lorax sang pelindung pohon. The Lorax berbicara mewakili para pohon karena pohon tidak bisa bicara untuk membela diri. Ted juga bersinggungan dengan O’Hare yang membaca gelagatnya Ted dan menghalangi usahanya untuk mencari tahu kenyataan di luar Thneedville dan ingin menggagalkan usaha Ted untuk mencari tahu tentang pohon dan alam.
Kini Ted punya kepedulian baru kepada alam, dengan membawa satu satunya bibit pohon dari Once-ler dia berusaha menanam bibit tersebut di tengah kota supaya semua orang bisa lihat dan punya kepedulian baru. Klimaksnya terjadi ketika Ted baru ingin menanam, warga bertanya tanya untuk apa nanam pohon, O’Hare berorasi dan berusaha meyakinkan warga untuk melawan Ted.
Ted kemudian menemukan cara, untuk mengajak warga peduli kembali kepada pohon. Pada akhirnya O’Hare yang ngotot ga mau nanam pohon karena takut bisnisnya bangkrut kalah dan terasingkan. (Dilangsing dari https://pandji.com/unless/)
Di akhir film kita akan menlihat kata penutup dari pencipta kisah ini Dr. Seuss. “Unless someone like you cares a whole awful lot, Nothing is going to get better. It’s not.” saya
mengartikan itu sebagai dua hal, ” kecuali seseorang sepertimu yang peduli pada keadaan yang parah ini, tidak akan ada yang berubah menjadi lebih baik, tidak ada” yang mengartikan bahwa jika hanyak satu orang yang peduli saja tidak akan membawa perubahan, sama seperti film ini ted tidak bisa sendirian untuk menanam pohon di kota, dia perlu meyakinkan banyak orang untuk itu. Dan jika hanya satu orang yang peduli tidak akan ada yang berubah secara signifikat.
Tapi saya lebih suka mengartikan “Kalau bukan orang sepertimu yang peduli terhadap keadaan parah ini Maka keadaan tidak akan berubah menjadi baik.” Kalau bukan ted yang mengambil inisiatif untuk menanam pohon, maka bisa jadi pohon tidak ada lagi. Kalau kita hanya menunggu orang lain bergerak untuk menampaikan keluh kesah kita, tidak ada yang tahu kapan hari itu datang? Kita kadang harus memulai dulu, kalau kita peduli akan apa yang akan terjadi kita tidak perlu menunggu orang lain yang bersuara sama seperti kita.
Pada akhirnya film ini bukan hanya mengenai kerusakan lingkungan, tapi mempertanyakan apa arti kepedulian? Apa yang membuat kita peduli? Apa kita hanya ikut peduli karena orang lain peduli? Atau kita hanya pura-pura peduli karena tuntutan? Ntahlah saya juga masih mencari makna dari peduli. Saya hanya mencari korban untuk berfikir bersama :v.
Kru : Calvin William