asd
27.6 C
New York

Seminar Proposal Daring, Efektifkah?

Published:

Corona Virus Disease 19 (COVID-19) memprakarsai segala sistem terkait urusan akademik di Menara Gading untuk dilakukan secara daring, termasuk Universitas Negeri Medan. Tercatat sudah 3 minggu lebih Universitas Negeri Medan menerapkan sistem daring dalam perkuliahan. Segala macam proses belajar-mengajar, bimbingan skripsi atau proses penugasan, serta tak main-main Universitas Negeri Medan juga siap menerapkan sistem daring terhadap seminar proposal (sempro).

Dilansir pada Rabu, 08/04/2020, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia adakan seminar proposal (sempro) secara daring. Total ada 3 mahasiswa yang melakukan seminar proposal dalam satu gelombang. “Untuk seminar proposal ini, pihak Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan Zoom sebagai aplikasi atau instrumen seminar proposal daring.” Ungkap Kepala Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd.

“Pengadaan seminar proposal daring ini sebelumnya sudah diuji dua kali, artinya seminar proposal kali ini tidak main-main. Semua sistemnya sama seperti seminar proposal tatap muka pada umumnya, perbedaannya terletak pada penggunaan jaringan atau berbasis daring saja.” Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd juga menambahkan bahwa seminar proposal daring sejauh ini dirasa sudah berjalan dengan efektif. Namun, kendala dalam hal tersebut terletak pada koneksi atau kualitas jaringan internet saja. “Menyikapi masalah jaringan internet yang terjadi, artinya tidak ada kendala yang cukup berarti dalam menjalankan seminar proposal daring, terlebih pada pengaplikasiannya di dalam Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Seminar proposal daring secara sistem tidak jauh berbeda dengan seminar proposal tatap muka, hanya saja seminar proposal daring ini tidak melibatkan mahasiswa pembanding. Hal tersebut jelas memiliki tujuan substantif yaitu untuk mengefektifkan keberlangsungan seminar proposal dalam jaringan. Namun, meskipun di tengah pandemi yang terjadi sehingga mengharuskan diadakannya seminar proposal daring ini, mahasiswa hendaknya jangan mudah merasa remeh. Jadi, harus benar-benar dipersiapkan dengan matang sebelum diputuskannya pengadaan seminar daring. Karena seminar proposal daring ini juga sama-sama melibatkan pertanyaan dari dosen, jawaban valid dari mahasiswa, maupun tindak kritis lainnya guna mengukur kesiapan mahasiswa menuju proses pembuatan skripsi.” Pungkasnya.
Menyikapi seminar proposal daring yang telah dilangsungkan pihak Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Rapita Damanik selaku mahasiswi prodi Sastra Indonesia yang menjalankan seminar proposal secara daring turut angkat suara. Baginya, diadakannya seminar proposal secara daring sungguh sangat efektif di tengah pandemi COVID-19 yang menjadi sugesti publik. “Diadakannya seminar proposal daring sungguh efektif. Jadi mahasiswa tidak merasa dirugikan apalagi yang sudah naik berkas, pasti kita ingin cepat-cepat sempro.” Mahasiswi yang mengangkat judul skripsi “Makna Tutur dalam Perkawinan Adat Batak Simalungun di Kecamatan Pematang Bandar (Kajian Pragmatik)” ini turut menambahkan bahwa seminar proposal daring cukup santai namun juga menegangkan. “Kita juga bisa duduk jadi terkesan agak santai. Namun, letak keseriusan sudah jelas terlibat. Cukup menegangkan juga, karena dosen penguji memberi pertanyaan-pertanyaan yang cukup tegas juga kritis. Hal tersebutlah yang membuat banyak revisian sesuai isi proposal kita.” Ungkapnya.

Hal senada juga turut disampaikan Muhammad Ikhsan Ritonga, baginya seminar proposal daring cukup efektif mengingat keadaan yang hiruk-pikuk akibat Virus Corona. “Diadakannya seminar proposal daring tentu mempermudah akses di tengah pandemi. Dan alhamdulillah sejauh ini cukup baik. Antusias jurusan juga sangat bagus, terlebih membuatkan grup untuk mahasiswa yang sempro.”

Tampaknya, permasalahan dalam diusungnya seminar proposal daring terletak pada kualitas jaringan. Hal tersebut juga diaminkan oleh pihak dosen maupun mahasiswa yang sedang menjalankan seminar proposal. “Sempro online ini harusnya menggunakan kartu paket yang memiliki jaringan yang bagus, sih. Seperti telkomsel misalnya, dan jaringan harus 4G. Karena, waktu sempro nanti akan terganggu, apalagi saat dosen bertanya. Pastinya, selain kendala di kualitas jaringan, ada juga masalah pada pemakaian aplikasi zoom. Pesan saya sih semoga mahasiswa yang menjalankan seminar proposal daring harus benar-benar mempelajari zoom. Agar, ketika nanti saat sempro tidak ada cerita untuk tidak tahu. Apalagi untuk masuk bergabung ke aplikasi juga cukup sulit, serta harus tahu memasukkan power point ke aplikasi. Perbanyak paket internetlah, juga pahami jaringan apa yang lancar di tempat kita berdomisili.” Tutup Rapita Damanik.

Related articles

Recent articles