Hujan es adalah fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrem. Hujan es terjadi karena adanya awan kumulonimbus. Pada awan ini terdapat tiga macam partikel, yaitu butir air, butir air super dingin, dan partikel es. Hujan lebat yang masih berupa partikel padat baik es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan kumulonimbus. Biasanya awan tersebut berbentuk berlapis-lapis seperti bunga kol. Ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam.
Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan kumulonimbus (downdraft) dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar. Kecepatan downdraft dari awan kumulonimbus yang signifikan mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara.
Berdasarkan informasi dari BMKG, bulan Maret – April banyak potensi cuaca esktrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat / petir, dan angin kencang. Kemungkinan timbul dampak berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, pohon tumbang, dll.
Menurut dokter sekaligus direktur RSU PKU Muhammadiyah Prambanan, dr Dien Kalbu Ady mengatakan bahwa hujan es membawa polutan dari atmosfer. Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. Hujan es mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida, sehingga ketika kita mengonsumsinya dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung dan susunan saraf pusat. Polutan nitrogen dioksida dapat menyebabkan kerusakan di organ paru – paru. Polutan sulfur dioksida dapat menyebabkan gangguan di sistem pernafasan dan bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Oleh sebab itu, hujan es tidak boleh untuk dikonsumsi.
Adapun beberapa wilayah di Indonesia yang baru-baru ini terjadi hujan es yaitu Medan dan Surabaya. Berdasarkan informasi dari suarasumut.id, hujan es terjadi di wilayah Patumbak dan Johor selama 20 menit pada Minggu, 20 Februari 2022 sedangkan, pada Kamis, 24 Februari 2022, di wilayah Surabaya tejadi hujan es (sumber : Jawapos.com).
Kru : Risa Ad’dhalia