asd
15.3 C
New York

Menjejaki Udara di Lembah Sibayak

Published:

Sumber Foto: Istimewa

Medan, Persma Kreatif- Langkah saya di Kecamatan Berastagi, Tanah Karo ini langsung disambut pemandangan indah Gunung Sibayak. Kabut tipis menyelimuti gunung api aktif yang pernah meletus tahun 1881. Bagi wisatawan, Gunung Sibayak adalah daya pikat. Panas bumi vulkanik Sibayak juga menganugerahi masyarakat air panas alami. Pemandian air Sidebuk-debuk, satu dari belasan sektor wisata andalan masyarakat.

Ada dua desa di Lembah Sibayak, Daulu dan Semangat Gunung. Hidup di bentang alam dataran tinggi Karo, masyarakat Lembah Sibayak memiliki kehidupan sosial tersendiri. Pagi hari, terlihat masyarakat sibuk mengantar anak-anak ke sekolah. Akses pendidikan disini masih sebatas Sekolah Dasar, itupun hanya satu. Mereka yang berlanjut jenjang SMP dan SMA harus berangkat ke Brastagi atau Kabanjahe.

Bukan hanya tentang bentang alam, potret pendidikan di kawasan ini mampu membuat banyak hati tergugah. Ahmad Azhari pendatang asal Medan salah satunya. Sekitar 5 tahun lalu pegiat sosial ini tengah menjalankan tugas di Lembah Sibayak. Saat itu ia menemukan anak-anak bermain liar tanpa pengawasan orang tua. Ia mendapatkan informasi, bahwa kendala membaca membuat anak-anak terancam putus sekolah.

Ari dan teman-temannya lalu membuat kelompok bermain dan belajar di jambur, tempat pertemuan masyarakat di Karo. Pada 2017, Ari mendirikan tempat menetap bernama Rumah Baca Lembah Sibayak. Rumah baca sempat dipandang sebelah mata dan mengalami pertentangan dari masyarakat. Pendekatan kepada masyarakat terus dilakukan. Perlahan, gerakan sosial ini mampu melibatkan relawan masyarakat lokal hingga dari luar. Mereka menyediakan waktu, tenaga, dan materi demi memfasilitasi kebutuhan belajar mengajar anak-anak Lembah Sibayak.

Di siang hari meski langit mendung, tak lantas melunturkan semangat anak-anak mengunjungi rumah baca. Jumlahnya memang tak selalu stabil. Anak-anak bebas memilih dan meminjam buku. Ada lebih dari 10 jenis buku, sumbangan sejumlah donatur. Disamping membaca buku, anak-anak belajar bahasa inggris sambil bermain. Mereka belajar, saling berbaur tanpa sekat. Ari berupaya mengajarkan nilai karakter, agar degradasi moral tak muncul lagi ke permukaan.

“Pendidikan itu cuma sekolah di luar itu kurang diperhitungkan. Padahal anak anak butuh bermain dan ada juga belajar,” tuturnya. Sederhana, tak butuh banyak alasan bagi Ari untuk memedulikan masa depan anak-anak di Lembah Sibayak. Saya pun penasaran mengikuti kelas yang dibawakan Ari. Anak-anak biasa menyapanya dengan sebutan Oom.

Selain membaca buku, ada juga projek surat dan kartu pos. Lihat saja keceriaan anak-anak saat membacakan surat balasan dari sahabat penanya, sungguh manis, gumam saya dalam hati. Mereka juga begitu serius manakala Om Ari bertutur tentang pengetahuan gizi seimbang. Sekarang saya mengerti, semangat anak-anak inilah yang menguatkan Ari dan timnya agar rumah baca tetap melenggang lintas waktu. Kelas pertama saya dengan anak-anak pun selesai.

Tanah yang gembur, membuat tanah Karo tersohor sebagai pemasok hasil-hasil pertanian yang berkualitas. Meski masyarakat Berastagi pernah terdampak abu vulkanik Gunung Sinabung, mereka kembali menata ladang pertaniannya. Ketika saya kembali menyusuri jalan beraspal tanah Lembah Sibayak, di sisi kiri dan kanan terhampar dedaunan hijau sayur mayur menanti dituai. Tanah Karo di tahun 2017 memproduksi sekitar 120 ribu padi sawah dan 600 ribu untuk komoditi jagung.

Deretan perbukitan hijau terpampang sejauh mata memandang. Wajar, Lembah Sibayak berdekatan dengan Taman Hutan Raya. Ada sejumlah titik aliran air bersih alami dari pegunungan. Alam Lembah Sibayak merupakan daerah tangkapan air dan hulu dari sungai yang ada di Sumatera Utara.

Sebagai daerah dengan curah hujan dan aliran air permukaan yang tinggi, perlu sikap yang tepat untuk menjaga keseimbangan alam Sibayak. Sejumlah cara pernah dilakukan masyarakat setempat bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat, seperti membuat sumur resapan. Sumur ini bertujuan menampung cadangan air dalam tanah.

Gunung Sibayak masih larut dalam tidur panjangnya. Sementara penghuni sekitarnya tengah berjuang menghadapi perjalanan yang tak selalu mulus. Belajar dari alam yang mampu menjadi sumber ilmu. Menembus dingin udara, agar hanya tersisa tawa dan kehangatan. Tanah Karo menyimpan banyak cerita. Anda tak akan tahu jika belum menghirup langsung udara Lembah Karo di kaki Gunung Sibayak.

#persmakreatif #Persmahasiswa #wisata #sibayak #sumut #dewanpers #anugerahdewanpers2023

Related articles

Recent articles