asd
13.9 C
New York

Mengungkap Keeksotisan Danau Lau Kawar

Published:

Medan, Persma Kreatif- Udara dingin yang menjadi ciri khas daerah pegunungan menyambut kami, membelai perlahan seluruh tubuh. Tidak terlalu dingin sebenarnya, akan tetapi kami baru saja basah kuyup sehabis bermandikan hujan yang tidak dapat ditebak kapan turunnya, rasanya sang awan ingin memberikan kejutan di setiap jalan yang kami lewati. Dingin yang awalnya biasa saja, menjadi menusuk tulang.

Wajah kami sumringah ketika akhirnya melihat sebuah gapura besar yang bertuliskan “Selamat Datang di Lau Kawar”. Muncul rasa lega, setelah kami menempuh perjalanan selama 4 jam, pinggang yang pegal seakan ingin patah tak lagi dihiraukan. Pantulan cahaya matahari pada air beriak seakan menari-nari menyambut kedatangan kami. Sesekali cahaya tersebut beradu dengan mata, menyilaukan, namun tidak mengurangi keindahan danau tersebut. Danau eksotis dengan luas sekitar 200 hektare diapit dengan alam pegunungan yang ditumbuhi kayu-kayu hutan tropis.

Danau Lau Kawar, sebuah danau yang berada di Desa Kutagugung, Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Terletak di bawah kaki berapi Gunung Sinabung, menjadi perpaduan ciamik antara keduanya. Hamparan danau luas dengan latar belakang Gunung Sinabung, sebuah panorama alam yang luar biasa.

Pengunjung yang sedang menaiki perahu di Danau Lau Kawar (sumber : dokumentasi pribadi penulis)

Dekatnya Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung, menyebabkan tempat ini pernah ditutup ketika Gunung Sinabung erupsi pada beberapa tahun lalu silam. Seperti yang kita tahu, Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung vulkanik aktif hingga saat ini yang ada di Sumatra Utara. Aktivitas vulkanik dari Gunung Sinabung tersebut mengakibatkan Danau Lau Kawar termasuk ke dalam wilayah zona merah Gunung Sinabung. Petugas melarang masyarakat yang ingin berlibur ke sana, hal ini dikarenakan demi keselamatan pengunjung apabila sewaktu-waktu terjadi erupsi pada Gunung Sinabung.

Sayang rasanya jika bentang alam ini hanya dinikmati dalam waktu singkat, apalagi jika mengingat perjalanan dan jarak tempuh yang dilalui, bisa-bisa kecapekan di jalan jika memaksa pulang-pergi, jadi kami berencana untuk bermalam. Tempat ini menjadi rekomendasi bagi para pelancong jika ingin merasakan sensasi bermalam dengan nuansa alam. Kalian dapat mendirikan tenda di sekitaran danau, ber-camping menikmati syahdunya musik alam.

Perjalanan Menyenangkan dengan Beberapa Tantangan

Berangkat dari Medan pada bulan Juni silam, dengan tujuan lokasi wisata Danau Lau Kawar. Sebuah tempat wisata yang sering berseliweran di beranda sosial media, menyebabkan kami penasaran untuk menjejakkan kaki juga ke sana.

Kami berangkat berenam mengendarai motor dengan total sebanyak 3 motor, dengan titik kumpul di Namo Ukur. Awalnya semua sepakat untuk berangkat pada pukul 10 pagi, agar tidak terlalu lama di jalan katanya, namun bukan masyarakat Indonesia namanya kalau tepat waktu, ada sebuah istilah “jam karet”. Istilah itu seperti sudah mendarah daging di banyak kalangan masyarakat Indonesia, sedikit memalukan memang, tapi begitulah faktanya.

Perjalanan akhirnya dimulai pada pukul 13.00 WIB, melar selama 3 jam dari jadwal awal. Kami melewati jalur alternatif Karo – Langkat, sebuah jalur yang sudah dicanangkan sejak tahun 2004 dan kini sudah dapat dilewati. Jalur alternatif ini menghubungkan Kabupaten Karo dengan Kabupaten Langkat melalui jalur Berastagi – Desa Kutarakyat – Desa Pamah Semelir – Desa Telagah – Desa Rumah Galuh – Desa Namo Ukur – Binjai.

Selama melewati jalur ini, pohon-pohon mengiringi perjalanan kami. Mengapit dari sisi kanan dan kiri menari-nari sembari menghembuskan nafas sejuk bagi orang yang melintas di tengahnya. Kesegaran alam yang dipadu dengan cuaca cerah seakan merestui perjalanan kami, itulah yang awalnya kami pikir.

Sepanjang jalan alternatif Karo – Langkat juga dipenuhi dengan destinasi-destinasi wisata alam indah dari Sumatra Utara lainnya, seperti Air Terjun Teroh-Teroh Petar, Kolam Abadi, Pelaruga, Pamah Semelir, dan banyak lagi wisata alam yang dapat anda temui. Sayangnya, jalur ini masih ada kendala pada infrastruktur jalannya. Jalanan yang sempit serta banyaknya jalanan yang rusak sedikit menghambat perjalanan kami.

Kami tiba di Desa Pamah Semelir pada pukul 14.00 WIB, cuaca yang awalnya bersahabat kini sepertinya mulai enggan. Hujan turun deras di tengah perjalanan, tidak ada satupun dari kami yang membawa mantel hujan, menyepelekan alam. Alam memaksa kami mau tak mau harus menepi sejenak untuk berteduh, untungnya ada warung yang mau menampung kami untuk menghindari hujan.

Satu menit beralih cepat menjadi lima menit, lima menit berganti menjadi lima belas menit, tanpa aba-aba berubah menjadi tiga puluh menit. Sudah 30 menit kami menunggu hujan mereda, akan tetapi sayangnya alam seakan berkehendak lain, kami dipaksa untuk menunggu lebih lama di warung makan tersebut. Bolak-balik kami mengecek angka jam di layar smartphone kami, waktu seakan berjalan terburu-buru. 45 menit berlalu, alam mulai berbaik hati, derasnya hujan mulai mereda berganti menjadi rintik-rintik, Alhamdulillah. Kami bergegas beranjak dari tempat duduk, kemudian lanjut menancap gas.

Cuaca Menjadi Sulit Ditebak

15 menit kami sudah berjalan setelah terakhir duduk termangu di warung makan menunggu hujan reda, dan akhirnya kami tiba di sebuah tugu kayu besar yang bertuliskan ”Selamat Jalan dari Kabupaten Langkat”.

Jalanan terjal khas daerah pegunungan menyambut kami semenjak dari tugu perbatasan, pepohonan tinggi menjulang di kiri kanan badan jalan menjaga dan menutupi bagian dalamnya. Daerah tersebut termasuk ke dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia dengan luas 1.094.692 hektare yang terletak di Provinsi Aceh dan Sumatra Utara.

Jalur alternatif Karo – Langkat melewati Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (sumber : dokumentasi pribadi penulis)

Tanpa menunggu waktu lama lagi, kami memacu perlahan motor kami mendaki jalanan terjal. Pedal gas ditarik hingga maksimal, sembari berdoa agar motor dapat berjalan menanjak melewati jalan tersebut. Sepanjang perjalanan, terdapat papan-papan peringatan di kiri kanan jalan yang mewanti-wanti untuk waspada terhadap satwa liar.

Baru sekitar 400 meter kami berjalan dari tugu perbatasan, cuaca tiba-tiba menjadi labil, layaknya anak remaja yang sedang pubertas. Cuaca yang awalnya cerah, mendadak menurunkan hujan deras yang tidak kami duga-duga. Tidak ada tempat berteduh, tidak ada warung makan yang dapat kami singgahi untuk berlindung dari terpaan hujan. Kami serba salah, berhenti dan berteduh di tengah hutan bukanlah ide yang bagus. Bisa saja kami malah berpapasan dengan satwa liar yang dari tadi kami lihat peringatannya. Seakan sudah saling mengerti satu sama lainnya, tanpa adanya bicara kami sepakat untuk menerobos hujan di tengah hutan.

Jalanan berkelok-kelok dan terjal belum lagi ditambah jalanan menjadi licin karena hujan dari hutan tropis hingga kami harus ekstra berhati-hati ketika melewatinya. Setelah melewati perjalanan yang bisa dibilang lumayan mengerikan selama 20 menit, akhirnya kami kembali tiba di sebuah tugu kayu besar lagi, namun dengan tulisan berbeda “Selamat Datang di Kabupaten Karo”, warga sekitar menyebutnya Tugu Kuliki. Salah satu objek wisata lainnya yang menyajikan pemandangan hijau dan dapat dinikmati dari atas rumah pohon berbentuk perahu.

Baju yang basah sudah tidak lagi kami hiraukan, karena ada celetukan salah satu dari kami yang mengatakan sedikit lagi akan sampai, celetukan yang harusnya tidak kami dengarkan. Kami kemudian melanjutkan perjalanan dengan baju basah masih menempel di badan. Dingin yang dirasakan berkali-kali lipat, terpaan angin pegunungan yang harusnya sejuk terasa seperti belati kecil yang melinukan tulang.

Gunung Sinabung memandang kami dari kejauhan, kemegahannya membuat siapapun takjub ketika melihatnya. Sepanjang perjalanan menuju Lau Kawar, kita dapat melihat dengan jelas Gunung Sinabung, terasa sangat dekat malah. Apalagi ingin melihat lebih dekat lagi, dapat mampir ke Sabana Kaki Gunung Sinabung namanya. Tempat yang terkenal jika ingin melihat Gunung Sinabung dari dekat, dengan hamparan sabana terhampar luas sejauh mata memandang.

Akhirnya Tiba di Danau Lau Kawar

Setelah perjalanan yang lumayan panjang, kami akhirnya tiba di pintu masuk Danau Lau Kawar. Pengunjung dikutip tiket masuk sebesar Rp. 7.500 / orang, tidak termasuk biaya parkir. Ketika baru melewati pintu masuk, kami kembali didatangi seorang pria “uang parkirnya bang, lima ribu per-kendaraan” ujarnya.

Kami kembali lanjut jalan, menuju lokasi akhir kami, yaitu sebuah vila di Danau Lau Kawar yang bernama Mari Pro. Untuk sampai di lokasi tersebut, kami harus melewati jalanan berbatu yang sedikit tidak beraturan dan kemudian kembali dihampiri seorang pria yang sudah lumayan berumur, meminta uang kontribusi melewati jalanan sebesar Rp. 15.000 / motor. Melewati jalan saja harus bayar?, pikir kami, tapi yasudahlah hal tersebut tidak kami hiraukan. Keinginan untuk berganti pakaian hangat lebih menjadi prioritas.

Kami akhirnya tiba di tempat yang kami tuju pada pukul 17.00 WIB, begitu masuk kami disuguhkan dengan pemandangan luar biasa indah. Danau Lau Kawar terhampar luas di hadapan kami dan di bagian belakang terdapat Gunung Sinabung yang menjulang kokoh, terdapat bekas erupsi pada salah satu sisinya, berwarna abu bekas dari jalur material lava.  Hal tersebut tidak sama sekali mengurangi kemegahannya. Diapit dengan dua mahakarya alam menjadikan tempat ini sangat layak untuk didatangi.

Kami bermalam di tempat tersebut dengan konsep glamping, mirip dengan camping hanya saja glamping (glamour camping) memiliki fasilitas yang lebih lengkap, dan kapasitas tenda yang lebih besar. Satu hal yang harus diingat ketika datang ke sini, daerah Danau Lau Kawar tidak ada sinyal jaringan sama sekali, jadi kalian fokus menikmati keindahan alamnya saja.

Lokasi Glamping di Vila Mari Pro (sumber : dokumentasi pribadi penulis)

Perjalanan mengungkap keindahan Danau Lawar setidaknya memuaskan. Walau ada rasa lelah, semuanya akan terbayar ketika melihat salah satu keindahan lukisan alam karya dari Yang Maha Kuasa.

admin
adminhttp://persmakreatif.com
Hai, ini saya Admin Persma Kreatif. Apakah kamu punya Pertanyaan dan Saran? Biarkan saya tau!, Kirimkan ke Email kami perskreatiftim@gmail.com atau Melalui Intagram @Persmakreatif

Related articles

Recent articles