Medan, Persma Kreatif – Alfian Rokhmansyah, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan Feminisme, menjelaskan bahwa patriarki berasal dari kata patriarkat, yang berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya. Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang memengaruhi hingga ke berbagai aspek kehidupan.
Sejak dahulu, budaya masyarakat menempatkan posisi laki-laki pada kelas atas, sedangkan perempuan menjadi kelas nomor dua. Praktik budaya patriarki masih berlangsung sampai saat ini, hal ini terlihat dengan adanya gerakan feminisme. Gerakan feminisme ini adalah bentuk perlawanan dari perempuan untuk menyuarakan serta menegakkan hak perempuan.
Dengan adanya sistem patriarki ini banyak menimbulkan berbagai masalah sosial. Masalah sosial yang timbul akibat patriarki tidak hanya merugikan perempuan, namun laki-laki juga menjadi korban dari sistem sosial ini.
Menangis adalah salah satu cara mengekspresikan emosi sedih. Namun, timbul stereotip dari masyarakat, bahwa menangis merupakan perilaku yang mengindikasikan kelemahan dan ketidakberdayaan, terlebih apabila laki-laki yang melakukannya. Dengan hadirnya stigma seperti ini, banyak laki-laki yang memilih untuk menekan rasa sedihnya dan enggan meluapkan emosinya, karena khawatir orang-orang beranggapan bahwa dirinya lemah dan tidak berdaya. Padahal, semua orang berhak memvalidasi rasa sedihnya dengan cara menangis.
Selain secara emosional, patriarki juga membatasi hak laki-laki untuk memilih hal-hal yang mereka suka. Laki-laki cenderung akan diolok-olok jika memakai hal yang berbau dengan warna pink. Sebagian orang mengintrepretasikan warna pink sebagai warna perempuan dan feminim. Tak jarang laki-laki yang suka dengan warna pink jadi enggan untuk memakai warna pink, karena takut muncul anggapan bahwa laki-laki yang memakai hal yang berbau pink dianggap tidak gentleman.
Selain itu juga, kegiatan seperti menari pun dinilai tidak pantas dilakukan oleh laki-laki karena muncul anggapan bahwa kegiatan itu tidak menunjukkan sisi maskulin yang seharusnya dimiliki seorang lelaki.
Oleh karena itu, peran dan partisipasi laki-laki dalam melawan dan mengatasi patriarki sangat dibutuhkan. Melalui gerakan feminisme, laki-laki dapat membantu para wanita untuk dapat meraih kehidupan masyarakat yang adil, tanpa adanya diskriminasi dan padangan-pandangan negatif baik secara perlakuan atau pun seksual. Dengan membantu dan mendukung para wanita untuk meraih hak-haknya, tidak akan membuat kadar maskulintas seorang laki-laki memudar.
Dengan demikian, dibutuhkan kerja sama yang baik antara perempuan dan laki-laki untuk meralisasikan sistem sosial yang adil tanpa patriarki. Sistem sosial yang adil bagi kedua gender akan membawa perubahan bagi kehidupan bermasyarakat.
Kru: Chairunnisa