Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan Universitas Negeri Medan saat ini telah memasuki minggu kedua. Berdasarkan putusan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unimed, Mahasiswa angkatan 2018 setidaknya dapat melaksanakan program KKN yang memiliki bobot 3 SKS ini dari tanggal 22 Juli – 14 Agustus 2021.
Dilansir pada Rabu, 04 Agustus 2021, Mahasiswa KKN desa Sinaksak, Kabupaten Simalungun menjalankan program kerja yang telah mereka bentuk, yakni mengajar. Ketua kelompok KKN desa Sinaksak, Egi Athoriq, melaporkan bahwa mereka ingin menghadirkan suasana belajar-mengajar secara langsung namun tetap memperhatikan protokol kesehatan, “orientasi program kerja kami salah satunya adalah mengajar anak-anak sekitar desa Sinaksak dalam pembelajaran materi maupun pembelajaran umum. Kami memberikan materi-materi umum dan materi-materi dasar sesuai dengan tingkatan mereka. SD dan SMP. Kami bagi menjadi tiga kelas, kelas pertama yakni kelas 1 sampai 3 SD, kemudian kelas 4 sampai 6 SD, dan terakhir kelas 7 sampai 9 SMP.”
Egi Athoriq memandang bahwa konsep pembelajaran daring yang telah dilakukan oleh sekolah di Sinaksak masih belum merepresentasikan esensi sekolah secara masif. Hingga ia berpendapat bahwa menjalankan program mengajar terhadap anak-anak secara langsung memiliki urgensi yang penting guna memberikan semangat baru bagi anak-anak, “Sekolah di kampung semenjak Covid-19 banyak yang melakukan pembelajaran via daring. Tentu saja bagi anak-anak yang masih kecil, masih sangat minim bagi anak-anak dalam menggunakan dan mengoperasikan handphone. Mereka hanya mengenal handphone sebagai wahana mereka bermain game. Tidak banyak dari mereka yang fokus pada pembelajaran daring. Nah, menurut riset yang telah kami lakukan di desa ini, dalam proses belajar mereka masih sangat banyak yang tidak mengetahui materi seperti Matematika, Bahasa Inggris, PKN, dan lain-lain. Padahal, pelajaran itu mereka pelajari di sekolah. Semenjak belajar daring ini, siswa SD maupun orang tua banyak yang mengeluh karena tidak efektif dan mereka tidak terlalu fokus mengikuti pembelajaran.”
Mahasiswa Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini mengaku cukup antusias dan sedikit kesulitan dalam mengajari anak-anak, “Namanya anak-anak ya pasti tidak kondusif karena terlalu aktif. Dan ya, mereka masih sering bermain. Tapi kami harus sebisa mungkin mengemasnya dengan pembelajaran yang komprehensif. Banyak keseruan yang ada dan kami hadirkan. Ketika kami ingin membuat kelas, banyak dari mereka yang sangat antusias. Setidaknya mereka merasakan kembali suasana kelas dalam keadaan langsung, sehingga mereka dapat menikmatinya. Ketika belajar, banyak dari mereka yang tidak tahu materi-materi dasar, namun nilai plusnya adalah ketika mereka menumbuhkan rasa ingin tahu mereka sehingga mereka ingin terus dan terus mencari tahu.”
“Harapan kami semoga dalam pembelajaran ini mereka mampu menerima segala ilmu dan materi yang telah diberikan. Walaupun tidak seperti sekolah yang melangsungkan pembelajaran selama 8 jam, tapi kami mengemasnya dengan bermain dan belajar. Karena hal tersebut saya rasa cukup efektif apalagi untuk siswa yang memasuki jenjang SD dan SMP.” Egi Athoriq juga berharap baik ia dan mahasiswa KKN desa Sinaksak dapat mengembangkan pembelajaran secara luring dengan tetap mengikuti protokol kesehatan, “sekarang ini kita bisa menghadirkan pembelajaran langsung, tapi tetap mengikuti prokes yang ada. Semoga mahasiswa dapat mengembangkan dan memberikan tenaga kepada anak-anak sekitar yang tidak melek IT. Sebab, anak SD dan SMP di sini masih belum memiliki pashion di bidang IT dan belum melek terhadap hal tersebut. Semoga kami dapat memberi manfaat untuk anak-anak desa.” Tutupnya.