Medan, Persma Kreatif — Berkelana di Yogyakarta menjadi pengalaman yang baru bagi saya. Ibukota dari provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini menyadarkan akan satu fenomena unik yang belum pernah saya temui di kota lain. Culture shock pertama saat tiba disini yaitu, tidak adanya bunyi klakson yang terdengar saat di jalan raya. Selain itu, meskipun durasi lampu merah yang lama, namun tidak ada suara berisik, bahkan sudah berwarna hijau pun tidak terdengar bunyi klakson kendaraan. Saat bertanya ke salah satu pengendara ojek online, alasan mengapa tidak terdengar adanya bunyi klakson ialah karena hal ini menjadi sebuah keunikan tersendiri, yang mencerminkan budaya dan karakter masyarakat Yogyakarta yang santun, penuh toleransi, dan menghargai keheningan.
Sangat jauh berbeda dengan kota Medan yang di sepanjang perjalanan hanya terdengar suara klakson. Lampu merah dianggap sebagai lampu taman saja. Pengetahuan sikap saling menghormati dan menghargai hak berlalu lintas sangatlah minim. Merah dijadikan untuk jalan, kuning kecepatan kendaraan dinaikkan, dan hijau untuk mendahului. Sedangkan di Yogyakarta, klakson dianggap sebagai tanda ketidakpedulian dan kurangnya kesabaran berkomunikasi di jalan raya.Tingginya sikap dan kepedulian terhadap sesama, menjadi faktor minimnya terdengar bunyi klakson di jalanan. Para pengendara disana, lebih memilih untuk menjaga keheningan daripada kebisingan yang tidak perlu.
Mereka, lebih memilih untuk saling memberi jalan dengan sopan dan menghormati hak pengguna jalan lainnya. Mereka percaya bahwa dengan saling menghormati, situasi lalu lintas dapat tetap terkendali tanpa perlu membunyikan klakson yang keras dan mengganggu. Hal ini menjadi salah satu keunikan dan daya tarik tersendiri dari Kota Yogyakarta yang patut diapresiasi dan dijadikan contoh bagi kota-kota lain dalam menjaga ketertiban dan harmoni di jalanan.
Kru : Inda