Eksistensi TikTok sebagai salah satu media sosial dalam beberapa tahun belakangan cukup meroket. Banyak anak muda yang menggandrungi media sosial ini baik untuk berkarya maupun hanya sekadar bersenang-senang. Ada yang berjoget ria, memberi informasi dan tutorial, atau memenuhi rasa gabut yang menghantui. Perwajahan TikTok kali ini cukup menggugah atensi. Yang hijrah ke media sosial tersebut pun jadi banyak lantaran tren yang makin lama makin menggaung.
Berbicara seputar TikTok, kali ini Penulis benar-benar ingin membahas hal yang sungguh jarang diperhatikan oleh orang-orang. Penulis menjatuhkan objek pada lagu yang mungkin tak asing lagi di telinga kaula muda. Yeo, lagu “Ampun Bang Jago”. Lagu ini sempat viral dan populer di jagad TikTok. Lagu yang pertama kali heboh di TikTok itu telah digunakan banyak pengguna TikTok baik dari orang dewasa hingga anak-anak. Lagu dengan beat yang cukup energik ini mampu menarik minat para pengguna sosial media terutama di TikTok banyak sekali membuat dance cover dengan lagu ini .
Ternyata lagu yang dibuat dengan campuran bahasa Manado ini memiliki arti yang mungkin membuat orang “tercengang” loh , berikut sedikit cuplikan liriknya :
Kalian merasa tinggi, biar ku merendah
Kalian merasa hebat, biar ku yang lemah
Merasa paling terbaik tapi cara kalian licik
Mangkage takage, skill otodidak mar beking diri pande
Jangan senang dulu, semua tinggal tunggu waktu
Eh, ada yang manis tapi itu bukan susu
Anak baru haus pujian, datang seolah dia jagoan
Maaf jo dang
Sorry jo dang
Lagu ini mempunyai makna bahwa lebih baik kita mengalah atau menghindar dari suatu hal yang berbau perselisihan, perdebatan, dan semacamnya. Berdebat dengan orang yang sok paling tahu segala hal dan merasa paling benar adalah hal yang paling menyebalkan di dunia, jadi lebih baik mengalah untuk menang ya dan biarkan “bang jago” memainkan perannya .
Hayoo, siapa yang sering banget nih ngomong “Ampun Bang Jago” pas lagi malas nanggapin orang yang sok tahu? Hehe. Juga jika kita lihat di media sosial seperti Facebook, Instagram, atau bahkan Twitter tak jarang kita menemukan komentar “Ampun Bang Jago” sebagai solusi mengakhiri perdebatan. Dari lagu ini, kita dapat belajar merendah dan mengakhiri perdebatan dengan cukup bijaksana. Banyak yang menginterpretasi bahwa lagu dengan beat yang cukup energik ini tidak bagus atau tidak relevan kombinasi joget/tariannya. Namun, dalam menginterpretasi liriknya atau meninjau secara fungsional narasi “Ampun Bang Jago” kita dapat memetik banyak analisis di sana.
Tapi seiring berjalannya waktu, lagu “Ampun Bang Jago” ini mulai surut eksistensinya di Tiktok maupun sosial media lainnya. Ini semua terjadi karena algoritma sosial media yaitu apa yang paling sering kita liat dan kita sukai maka hal itu yang akan sering muncul di beranda, atau kalau di Tiktok disebut dengan FYP (for your page) begitulah para pengguna Tiktok menyebutnya. Namun, eksistensi narasi “Ampun Bang Jago” tetap meroket kok jika kita melihat perdebatan-perdebatan yang ada di media sosial lain. Bagi penulis, hal tersebut jelas merupakan cara mengakhiri perdebatan yang paling elegan. Apresiasi tertinggi!
Ilustrasi: Resnanda